Jakarta (ANTARA News) - Salah satu pentolan dari "Gerakan Nasional Tidak Pilih Politisi Busuk" atau disingkat "Ganti Polbus", Teten Masduki, di Jakarta, Kamis, atas nama aliansi itu menyorot tujuh parpol peserta Pemilu 2009, di antaranya Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, Partai Golkar, PDI Perjuangan dan Partai Keadilan Sejahtera.
Ia mengatakan itu di sela-sela pendeklarasian aliansi "Ganti Polbus" yang berlangsung cukup marak di Tugu Proklamasi, Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis sore.
"Ketujuh partai politik itu sudah dipastikan mengikuti pemilu 2009. Kami menyorot mereka," kata Teten Masduki yang juga Kordinator ICW kepada wartawan.
Alasannya, lanjutnya, karena rekam jejak partai-partai itu sudah diketahui masyarakat luas.
Meski begitu, dia tidak mau menyimpulkan ketujuh partai tersebut merupakan penghasil para `politisi busuk` yang akan duduk di DPR RI.
Laporkan ke KPU
Sementara itu, Koordinator Nasional (Kornas) Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), Jeirry Sumampouw yang terpilih sebagai Ketua `Organizing Committee` aliansi "Ganti Polbus", mengatakan pihaknya bakal merekomendasikan temuannya ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Dengan begitu, KPU diharapkan tidak meloloskan politisi busuk di Pemilu 2009 mendatang. Kami akan berusaha semaksimalnya akan mengkomunikasikan ke KPU untuk menjadi bahan pertimbangan setiap temuan kami," tambahnya.
Ia meyakinkan, pihaknya bisa memberi informasi yang tidak didapat KPU untuk verifikasi calon legislatif (Caleg). "Misalnya soal ijazah palsu, atau kasus korupsi, penyalahgunaan kewenangan lainnya," katanya.
Senada dengan itu, Teten Masduki menambahkan, gerakan ini akan merangkul tokoh-tokoh yang berpengaruh di daerah masing-masing. Terutama yang selama ini digunakan partai politik sebagai pendongkrak suara di pemilu.
"Gerakan ini merupakan hukuman dari rakyat secara langsung kepada para politisi busuk," katanya lagi.
Dia kemudian mencontohkan pada pilkada-pilkada di luar Jawa, sebanyak 60 persen pemegang kekuasaan tidak terpilih lagi sebagai pejabat. "Pilgub di Sumatera dan Jawa Barat juga bisa dijadikan contoh," katanya.
Karena itu, menjelang Pemilu 2009, masyarakat diimbau tidak memilih politisi busuk, sehingga lembaga Dewan bisa diisi oleh orang-orang berkualitas untuk memajukan bangsa.
Kriteria busuk
Menyangkut kriteria politisi busuk, Teten Masduki, menunjuk pada jenis-jenis mereka yang perilaku boros, tamak, dan korup.
"Politisi penjahat dan pencemar lingkungan (juga termasuk di dalamnya)," ujarnya.
Kriteria lainnya, orang yang melakukan pelanggaran HAM atau memberikan perlindungan bagi pelanggar HAM. "Melakukan kekerasan dalam rumah tangga dan hak-hak perempuan, juga masuk kategori ini," katanya.
Selain itu, politisi busuk merupakan orang pemakai narkoba dan yang melindungi bisnis narkoba. "Juga mereka yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam melakukan penggusuran dan tindakan yang tidak melindungi hak-hak sosial dan ekonomi kaum petani, buruh, dan rakyat miskin kota lainnya," kata Teten Masduki.
Lebih lima ratus aktivis berbagai elemen masyarakat, di antaranya perwakilan buruh, tani, mahasiswa, pers, pengamen serta pegiat LSM hadir dalam deklarasi "Ganti Polbus", di Tugu Proklamasi, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, itu.
"Ini sebetulnya kelanjutan dari sebuah gerakan nasional yang sama pada menjelang 2004 lalu. Kami hidupkan lagi menyambut Pemilu 2009, dengan target mempengaruhi masyarakat dan tentu menghukum politisi-politisi yang masuk kategori politisi busuk," kata Ketua `Organizing Committee` Ganti Polbus, Jeirry Sumampouw, kepada ANTARA.
Kegiatan ini dihadiri sejumlah aktivis dan tokoh dari berbagai kalangan seperti Teten Masduki (ICW),Wardah Hafidz (UPC), Denny Indrayana, Romo Sandyawan, Asmara Nababan, juga artis Happy Salma.
Selain mereka, hadir juga puluhan orang yang mengenakan ikat kepala warna putih yang bertuliskan "Ganti Polbus".(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008