Ketika kita butuh air, justru kita tidak punya air. Maka saya usulkan kepada pemerintah, selain membangun waduk baru, waduk lama juga dipelihara. Sehingga bisa digunakan masyarakat di musim kemarau
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR RI Darori Wonodipuro mengingatkan pentingnya antisipasi atas datangnya musim kemarau yang dapat berdampak pada turunnya produksi hasil pertanian.

Darori dalam pernyataan di Jakarta, Jumat, mengatakan, potensi terjadinya puso dan gagal panen pada tahun ini bisa diantisipasi melalui sistem pengairan yang baik.

Namun, menurut dia, pemeliharaan waduk maupun saluran irigasi yang ada saat ini belum sepenuhnya dilakukan dengan optimal.

"Ketika kita butuh air, justru kita tidak punya air. Maka saya usulkan kepada pemerintah, selain membangun waduk baru, waduk lama juga dipelihara. Sehingga bisa digunakan masyarakat di musim kemarau," kata Darori.

Selain itu, ia mengharapkan pemerintah juga memberikan perhatian kepada kebijakan subsidi usai masa panen bagi para petani dan jaminan atas kepastian harga hasil panen.

"Jangan sekarang hanya subsidi kasih traktor, pupuk. Kalau subsidi pasca panen, pasti petani berlomba-lomba untuk tingkatkan hasil produksi," ujar politisi Partai Gerindra ini.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas menambahkan musim kemarau yang dapat mengganggu pasokan pangan ini dapat diantisipasi dengan penyiagaan cadangan beras oleh Bulog.

Meski demikian, Bulog sudah memiliki penugasan untuk penyaluran beras program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) melalui e-warung sehingga berpotensi mengurangi stok beras di gudang.

"Kalau itu berjalan, artinya berkurang sekitar satu jutaan ton, sisa sekitar 1,3 juta ton. Semoga tidak dipakai lagi untuk operasi pasar," kata Dwi Andreas.

Untuk itu, tambah dia, pemerintah harus melakukan perhitungan yang tepat dalam menghadapi potensi penurunan produksi pangan, apalagi minimal cadangan aman di Bulog sekitar 1,5 juta ton beras.

"Kalau stok di bawah satu juta ton itu artinya gawat lah. Amannya 1,5 juta ton sampai akhir tahun," katanya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan potensi terjadinya penurunan produksi gabah maupun beras akibat musim kemarau hingga Desember 2019.

Musim kemarau yang berkepanjangan ini telah menyebabkan bencana kekeringan dan mulai menurunkan luas lahan baku sawah di berbagai daerah.

Terdapat tujuh provinsi yang mulai terdampak dari musim kemarau ini yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.

Baca juga: Puluhan hektare tanaman padi di Pati puso akibat kekeringan

Baca juga: Produksi bakal susut, 2.000 hektare sawah di Sumsel alami kekeringan

Baca juga: Embung, solusi cadangan air saat kemarau



 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019