Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mengalami penurunan di bursa Asia, Kamis, menyusul kekhawatiran atas melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia yang dapat menurunkan permintaan energi, kata para pelaku pasar.
Penguatan nilai tukar dolar AS, yang membuat harga komoditas berdenominasi dolar seperti minyak mentah menjadi mahal, juga menjadi faktor di belakang melemahnya harga minyak, kata mereka.
Dalam perdagangan pagi, kontrak utama minyak New York, light sweet, untuk pengiriman Juli turun 56 sen menjadi 121,74 dolar per barel dari 122,3 dolar pada penutupan perdagangan di lantai bursa Amerika Serikat (AS).
Harga minyak mentah New York turun 2,01 dolar pada perdagangan Rabu.
Harga minyak mentah London Brent Laut Utara, untuk pengiriman Juli turun 45 sen menjadi 121,65 dolar per barel.
Organisasi Negara-Negara Industri Maju (OECD) Rabu, menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonominya, akibat kecemasan bahwa permintaan energi akan melemah. "Sangat jelas bahwa negara-negara OECD akan melihat pelunakan permintaan," kata Jason Feer, wakil presiden dari analis pasar energi, Argus Media Ltd.
Organsasi bagi Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan dalam surveinya mengatakan, 30 ekonomi anggota organisasi itu menghadapi "tiga kejutan yang merugikan" yakni ketidakpastian pasar keuangan, penurunan bisnis properti, dan kenaikan harga pangan dan energi.
Lembaga pengkajian yang berkantor pusat di Paris itu memprediksi bahwa momentum di negara-negara industri maju akan mengalami pelambatan menjadi 1,8 persen tahun ini, dari 2,7 persen pada 2007 dan 1,7 persen pada 2009.
OECD mengatakan, ekonomi Amerika Serikat (AS), sebagai pengguna energi terbesar, diperkirakan masih megalami kelesuan pada tahun ini, sebelum pulih kembali pada 2009.
Data terakhir dari Departemen Energi AS menunjukkan bahwa kenaikan dalam cadangan bahan bakar minyak (BBM), merupakan sinyal dari penurunan permintaan.
"Di AS, orang tidak akan membeli bensin seharga empat dolar (per galon), kata Feer kepada AFP.
Dalam laporan mingguannya Departemen Energi AS (DoE) mengatakan cadangan BBM naik 2,9 juta barel pada pekan lalu. Para analis mengatakan bahwa data tersebut mengacu pada penurunan permintaan di negara konsumen energi terbesar dunia, mengingat konsumen cemas atas tingginya harga BBM saat ini. (*)
Copyright © ANTARA 2008