Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia menilai  sektor manufaktur dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendukung perbaikan neraca transaksi berjalan Indonesia.

"Sektor manufaktur memiliki hubungan yang panjang dan kuat dengan berbagai sektor ekonomi lain, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendukung perbaikan neraca transaksi berjalan Indonesia," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, usai Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia (Rakorpusda) di Jakarta, Rabu malam.

Berdasarkan data BI, Defisit transaksi berjalan Indonesia meningkat menjadi 3,04 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sebesar 8,44 miliar Dolar AS pada kuartal II-2019, dari 6,96 miliar Dolar AS pada kuartal I 2019.

Dalam Rakorpusda itu ia mengemukakan, telah disepakati strategi pengembangan industri manufaktur yang dilakukan secara terkoordinasi, terintegrasi, dan berkelanjutan yang didukung keterlibatan aktif pelaku industri.

"Fokus pengembangan produk dimulai pada industri otomotif, tekstil dan produk tekstil (TPT), dan alas kaki, serta industri lainnya yang mendukung pengembangan produk-produk di industri itu," katanya.

Ia menambahkan pengembangan juga dilakukan dengan memastikan integrasi pembangunan antarkawasan yang sesuai dengan keterkaitan produk yang menjadi fokus, antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sumatera Selatan.

Total terdapat enam kebijakan strategis yang mejadi hasil Rakorpusda dalam memperkuat kinerja industri manufaktur guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, berkelanjutan, dan inklusif.

Pertama, meningkatkan efisiensi logistik melalui pembangunan infrastruktur, seperti Pelabuhan Patimban dan pendukungnya.

Kedua, mendukung peningkatan iklim investasi melalui sistem perizinan dengan mengimplementasikan Online Single Submission (OSS) versi 1.1.

Ketiga, mendukung harmonisasi regulasi dan program kebijakan untuk meningkatkan produktivitas industri, antara lain melalui penerbitan ketentuan pelaksanaan super deductible tax dan penerbitan penyempurnaan ketentuan pendukung Kendaraan Ramah Lingkungan.

Keempat, mendukung kelancaran sistem pembayaran melalui perluasan kerja sama "Local Currency Settlement" untuk perdagangan internasional dengan dua negara mitra. Lalu, perluasan kerjasama Local Currency Settlement untuk investasi (Malaysia, Thailand), serta pengembangan sistem pembayaraan melalui perluasan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan peluncuran Quick Response (QR) Code Indonesian Standard (QRIS).

Kelima, mendorong pembiayaan melalui pembiayaan yang berwawasan lingkungan (green financing) melalui pelonggaran loan to value (LTV) dan uang muka, serta pelebaran Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dan perluasan cakupan komponen sumber funding.

Dan terakhir, mendukung promosi perdagangan dan investasi industri manufaktur, salah satunya melalui fasilitasi negosiasi untuk menjadi pemasok brand global, serta pameran, misi dagang, serta business matching, antara lain Trade Expo Indonesia di Jakarta.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019