Bandung (ANTARA News) - Operasi Pasar (OP) minyak goreng di beberapa wilayah kecamatan di Kota Bandung disinyalir didominasi oleh para pedagang (warung) untuk kemudian dijual kembali kepada masyarakat. "Banyak pedagang yang membeli minyak goreng OP itu, meski kebagian, saya hanya beli sedikit saja," kata Ny. Nana (45) seorang ibu rumah tangga di Cisaranten Kecamatan Antapani, Selasa. Hal itu dibenarkan oleh beberapa warga lainnya yang membeli minyak goreng itu. Beberapa ibu rumah tangga yang mengaku pedagang membenarkan minyak goreng itu untuk mereka jual kembali di warungnya. "Memangnya pedagang nggak boleh beli, boleh juga kan," kata seorang pedagang yang awalnya mengaku ragu-ragu. Meski tidak terjadi antrian seperti mengantri minyak tanah, namun kehadiran OP minyak goreng membantu warga mendapatkan harga yang lebih rendah. Namun beberapa ibu rumah tangga menyebutkan, harga minyak goreng Rp9.000 per liter masih cukup tinggi. Menurut mereka harga itu tidak bedanya dengan harga minyak goreng di warung-warung seharga Rp11.500 per kilogram. "Bila dihitung-hitung harganya tak jauh beda, kalau operasi pasar harusnya Rp7.000, baru itu murah," kata Ny Anah yang juga warga Cisaranten. Rata-rata warga membeli minyak tanah antara 1-3 liter. Selain masalah harga, warga juga mengeluhkan kualitas minyak goreng OP itu yang menurut mereka kurang bagus. Namun terkait kualitas minyak goreng itu, Engkus Harlan dari Dinas KUKM Kota Bandung, menyebutkan minyak goreng curah pada operasi pasar itu telah sesuai dengan standard Operasi Pasar. Sementara itu OP minyak goreng pada Selasa (17/6) di Kecamatan Cinambo dan Antapani merupakan hari kedua di Kota Bandung. Jumlah minyak goreng OP di Cinambo sebanyak 2.653 liter dan di Antapani 3.620 liter. Sehari sebelumnya, OP minyak goreng di Kota Bandung digelar di Kecamatan Ujungberung. Pelaksanaan OP minyak goreng akan digelar hingga 30 Juni 2008 mendatang.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008