Jakarta (ANTARA News)- PT Indonesia Power telah mencapai kesepakatan dengan PT Indogas Kriya Dwiguna (Indogas) bagi pemasokan LNG senilai Rp10 triliun sampai 2026 untuk menggerakkan pembangkit tenaga listrik di Pulau Bali. "Adanya program diversifikasi (penganekaragaman sumber energi, red.) akan memberikan kesempatan kepada kami untuk turut berpartisipasi dalam penyediaan gas guna memenuhi kebutuhan pembangkit tenaga lsitrik di Bali," kata Direktur Utama PT Prime Petroservices, Faiz Shahab, kepada pers di Jakarta, Senin. PT Indonesia Power adalah anak perusahaan dari PT PLN dan PT Indogas merupakan anak perusahaan dari PT Prime Petroservices (PPS). Sampai saat ini, pasokan listrik di Pulau Dewata tersebut berasal dari PLTD/PLTG Pesanggaran dengan kapasitas 113 MW, PLTG Gilimanuk berkapasitas 130 MW, PLTG Pemaron 900 ME, serta tambahan dari kabel laut yang mengaltrkan listrik dari Pulau Jawa sebanyak 200 MW. Dengan kerja sama ini PT Indonesia Power di Bali akan mengganti sumber pasokan bahan dari solar ke gas bumi dalam bentuk LNG, sehingga bisa dilakukan penghematan dan terciptanya lingkungan yang bersih. Faiz Shahab menjelaskan LNG merupakan sumber energi yang relatif aman, karena tersimpan tanpa adanya tekanan, serta pada suhu yang rendah yakni minus 162 derajat Celcius. "LNG juga lebih ringan dari udara, sehingga jika terjadi kebocoran, maka gas alam ini akan menguap ke udara dan tidak mencemari permukaan tanah," kata Faiz, Ketika menjelaskan teknologi yang akan dipakai PT Prime Petroservices melalui anak perusahaannya PT Indogas, Faiz menyebutkan teknologi tersebut adalah mini LNG karena kilang tersebut hanya akan mengolah gas bumi 50 juta kaki kubik setiap harinya. "Teknologi LNG yang selama ini dipakai di Indonesia adalah untuk mencairkan gas bumi sekitar 300 hingga 400 juta kaki kubik tiap harinya. "Kami menjadi pionir di Indonesia yang menggunakan mini LNG ini yang bisa mencapai tingkat efisiensi yang tinggi sehingga menjadi cukup ekonomis," katanya. PPS pada tahun 2004 mencatat pendapatan Rp19,8 miliar, namun angka ini melonjak menjadi Rp168,4 miliar dan pada tahun ini diperkirakan akan mencapai Rp400 sampai Rp500 miliar karena telah mengakuisisi dua perusahaan. Laba bersihnya diharapkan bisa mencapai Rp40 miliar hingga Rp50 miliar. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008