Managua (ANTARA) - Kubu oposisi Nikaragua mengaku bertanggung jawab atas "aksi militer"  setelah serentetan ledakan kecil yang mengguncang negara tersebut, termasuk ledakan yang merusak jembatan menuju pelabuhan utama Nikaragua, Minggu.

Insiden itu dapat menandai titik balik dalam taktik oposisi Nikaragua, yang sebagian besar damai sejak aksi protes meletus di negara Amerika Tengah itu pada awal 2018.

Sekitar pukul 8 malam waktu setempat, Sabtu, ledakan terjadi di jembatan menuju Port Corinto hingga menyebabkan kerusakan, ungkap saksi mata kepada Reuters.

Penyebab ledakan serta siapa dalang di balik insiden itu, tidak langsung dapat ditetapkan. Pemerintah dan Kepolisian Nikaragua tidak menanggapi untuk dimintai informasi.

Melalui pernyataan di media sosial, Aliansi Patriotik Nikaragua (APN), kelompok kurang tenar yang menentang Presiden Daniel Ortega, mengaku pihaknya yang mengeksekusi "serentetan aksi berbau militer" pada Sabtu.

"Semua tindakan ini dilakukan dan akan terus dilakukan sampai akhir September, Oktober dan bulan berikutnya, hingga kediktatoran hancur," kata kelompok itu.

Nikaragua dicengkeram oleh krisis politik sejak demonstrasi terhadap pemerintahan Ortega meletus ada April 2018 terkait rencana pemangkasan tunjangan kesejahteraan.

Demonstrasi merembet ke aksi protes yang lebih luas terhadap Ortega dan kerap berujung bentrokan antara pasuksan pro-pemerintah dan pengunjuk rasa, yang menelan korban lebih dari 300 orang. Aksi itu juga memicu ribuan warga Nikaragua pergi ke pengasingan, kata kelompok HAM.

Sumber: Reuters
Baca juga: Pemerintah Nikaragua akan bebaskan 100 tahanan politik
Baca juga: Berharap dialog politik berlanjut, Nikaragua kembali bebaskan 50 tahanan
Baca juga: Petani pemimpin penentangan Presiden Nikaragua dipenjara 216 tahun
​​​​​​​
Baca juga: Ortega terpilih lagi, empat orang tewas

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019