Yogyakarta (ANTARA News) - Tamansiswa merupakan satu-satunya perguruan yang tidak memisahkan antara pendidikan, kebangsaan dan kebudayaan sehingga selalu mengedepankan wawasan kebangsaan dan perjuangan untuk bangsa dan negara. "Memang banyak perguruan di Indonesia yang dikelola negara dan swasta, tetapi Tamansiswa adalah perguruan yang selalu memberikan pencerahan kepada masyarakat yang kondisinya saat ini semakin terpuruk," kata Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Ki Tyasno Sudarto di Yogyakarta, Rabu malam. Dalam sarasehan memperingati 86 tahun lahirnya Tamansiswa, Tyasno, purnawirawan jenderal bintang empat dan mantan KASAD, menegaskan bahwa lahirnya Tamansiswa tidak bisa dipisahkan dari pribadi pendirinya Ki Hajar Dewantara. "Ini berarti bahwa Tamansiswa merupakan wujud pribadi Ki Hajar Dewantara yang diimplementasikan dalam setiap ajaran-ajarannya," kata dia. Tamansiswa saat ini berada dalam masyarakat dan lingkungan yang sebenarnya juga terpengaruh oleh globalisasi. Kondisi ini pada gilirannya menciptakan iklim kontradiktif dengan ajaran yang dibawa Ki Hajar Dewantara. "Kondisi yang terlihat sekarang adalah masyarakat yang individualistis dan materialistis yang semuanya diukur dengan kebendaan semata. Ini sangat kontradiktif dengan ajaran Ki Hajar Dewantara," katanya. Karena itu, kata Tyasno, Tamansiswa berupaya memberikan warna dalam masyarakat untuk mengimbangi pengaruh globalisasi tersebut. Sarasehan memperingati 86 tahun lahirnya Tamansiswa ini diikuti para tokoh Tamansiswa, warga, pelajar dan mahasiswa di lingkungan perguruan Tamansiswa. Peringatan hari ulang tahun Tamansiswa akan berlangsung Kamis (3/7) yang akan diisi dengan upacara bendera dan temu akbar alumni perguruan Tamansiswa se-Indonesia.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008