Jakarta (ANTARA) - Uni Eropa (EU) bekerja sama dengan negara-negara anggota, pemerintah Indonesia, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta mengajak anak muda dari berbagai daerah untuk mengikuti Pekan Diplomasi Iklim di Jakarta pada 23 September - 6 Oktober.

Alasannya, anak muda dinilai punya semangat dan kemampuan menempati garda terdepan aksi menanggulangi dampak perubahan iklim yang telah menjadi isu negara-negara dunia, kata Konselor Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup EU di Indonesia, Michael Bucki saat membuka acara di Jakarta, Senin.

"Kami melihat anak-anak muda di Indonesia memiliki semangat untuk berpartisipasi aktif menanggulangi dampak perubahan iklim. Kami berusaha mendukung mereka melalui acara ini," tambah dia.

Pekan Diplomasi Iklim merupakan program tahunan yang digelar Uni Eropa bersama negara-negara anggota, LSM, dan pemerintah Indonesia di Jakarta serta beberapa kota besar lainnya. Untuk tahun ini, Pekan Diplomasi Iklim mengambil tema "Youth and Climate Actions" atau "Anak Muda dan Aksi Perubahan Iklim".

Selama 14 hari, ada delapan kegiatan yang akan digelar di beberapa lokasi seperti Kedutaan Besar Kerajaan Belanda; Manggala Wanabhakti; Greenhouse.co, Jakarta; Kantor Delegasi Uni Eropa; Rusun Flamboyan Cengkareng, Jakarta; EduPlex, Bandung; Sungai Ciliwung Kalibaru, Bogor; Pusat Kebudayaan Italia di Jakarta; MARC Hotel Pasar Baru, Jakarta; dan Pusat Kebudayaan Prancis (IFI) Thamrin, Jakarta.

Kegiatan yang digelar selama Pekan Diplomasi Iklim, di antaranya dialog anak muda tentang perubahan iklim; lokakarya pengolahan plastik jadi bahan bakar; kompetisi menulis; demo memasak; diskusi panel; pameran foto; acara musik; dan peluncuran siaran podcast.

Lembaga swadaya masyarakat Hutan Itu Indonesia (HII) juga terlibat dalam acara Pekan Diplomasi Iklim 2019 dengan menggalang kampanye "Hutanku, Napasku".

Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns yang membuka acara, mengatakan Pekan Diplomasi Iklim merupakan salah satu upaya mendukung aksi anak muda yang turun ke jalan menuntut masyarakat dan pengambil kebijakan untuk meningkatkan aksi penanggulangan dampak perubahan iklim.

Baca juga: Anak-anak muda Indonesia ikuti seruan aksi iklim Greta Thunberg

Baca juga: Thunberg dari Swedia tuntut tindakan terkait iklim

"Dalam beberapa hari terakhir, kita mungkin melihat banyak unggahan di media sosial yang menunjukkan ratusan, ribuan, bahkan jutaan anak muda di berbagai belahan dunia turun ke jalan meminta masyarakat peduli terhadap perubahan iklim. Saya pikir tuntutan utama mereka, kita harus bertindak, dan kita harus mulai bergerak sekarang!" kata Dubes Grijns dalam sambutannya.

Menurut dia, penanggulangan dampak perubahan iklim tak dapat dilakukan hanya oleh anak muda atau pemerintah satu negara, melainkan aksi itu harus menjadi gerakan bersama seluruh pihak.

"Satu hal yang jelas, tak ada satu pemerintahan ataupun satu negara yang dapat menanggulangi dampak perubahan iklim sendiri. Pemerintah wajib bekerja sama dengan pemimpin politik, LSM, dan sektor swasta, karena kita semua bertanggung jawab (terhadap dampak perubahan iklim, red)," ujar Dubes Grijns.

Baca juga: EU optimistis Indonesia akan tingkatkan penanggulangan perubahan iklim

Baca juga: Wapres: Indonesia dukung inisiasi Aksi Iklim Berbasis Laut

Baca juga: Anak Indonesia jawab seruan panik Greta Thunberg untuk perubahan iklim

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019