Jakarta (ANTARA News) - Dua kelompok musik rock asing menutup konser musik Parade Rock Jakarta di Tennis Indoor Senayan, Minggu. Menampilkan belasan band, konser musik pada hari terakhir tetap sepi pengunjung, meskipun panitia telah menurunkan harga tiket dari semula Rp200.000 menjadi Fp100.000 dan akhirnya hanya Rp50.000 selembar. Salah seorang anggota panitia, Widhi, mengatakan kepada wartawan bahwa target jumlah penonton 25.000 orang hanya terpenuhi sekitar 27 persen. "Dari hari pertama sampai sekarang (Minggu, pukul 22.30 WIB - red), jumlah tiket yang terjual 6.324 lembar," katanya. Konser musik Parade Rock Jakarta digelar selama tiga hari mulai Jumat (11/7). Sepinya penonton memaksa panitia menurunkan harga tiket menjadi Rp100.000, dan kembali menurunkannya pada hari terakhir. Panggung pertunjukan yang semula direncanakan empat buah pun dikurangi menjadi hanya dua, satu di dalam hall tenis dan satu lagi di pelataran luar. Lumayan Tampilnya kelompok Brandon asal Torino, Italia, dan kelompok Mono dari Jepang cukup menghibur penonton, Kedua band asing itu menunjukkan kemampuan lebih unggul dibandingkan band-band lokal, baik dari teknik memainkan instrumen musik maupun tata suara dan efek suara. "Ini baru lumayan," begitu ucapan salah seorang dari sekelompok anak muda yang menyaksikan pertunjukan Brandon, yang tampil membawakan enam lagu mulai pukul 23.00 WIB. Satu-satunya band lokal yang mampu mengimbangi penampilan Brandon maupun Mono adalah kelompok Elpamas yang dimotori gitaris Totok Tewel dan vokalis Doddy Katamsi. Setidaknya, sambutan penonton yang jumlahnya bisa mencapai 100 orang cukup meriah. Mereka ikut menyanyi dan bertepuk tangan riuh saat Totok memperlihatkan kepiawaiannya memainkan dawai gitar dan juga menggosok-gosokkannya pada sisi monitor pengeras suara. Sambutan paling meriah diberikan penonton kepada Mono, yang tampil sebagai band penutup. Bahkan, ketika kelompok ini menghabiskan waktu sekitar 20 menit untuk "check sound", penonton tetap sabar menanti, padahal jam telah menunjukkan pukul 01.00 dini hari Senin. "Take your time man, we will stay here all night," begitu kalimat yang diucapkan sejumlah penonton. Brandon, yang tampil sebelum Mono, menyempatkan diri hadir di ruangan khusus wartawan. Mereka mengaku tidak memiliki informasi sedikitpun tentang dunia musik rock di Indonesia. "Kami tampil di sini untuk menambah pengalaman dan menjaring penggemar," kata Brandon, vokalis dan band leader. Ia mengaku hanya tahu band-band rock yang populer di Amerika Serikat dan Eropa. "Di luar dua wilayah itu, jujur saja kami tidak tahu," katanya. Kurang dana Batal tampilnya sekitar 50 band yang semula direncanakan mengisi pertunjukan musik Parade Rock Jakarta disebabkan panitia tidak mendapatkan dukungan sponsor sesuai yang diharapkan. Gitaris Seringai, Ricky, yang ditemui ANTARA menjelang konser Mono, menyatakan bahwa kemungkinan band-band itu batal tampil lantaran tidak ada kepastian pembayaran honor. "Dari awal panitianya memang sudah sulit dihubungii. Ditelepon engga diangkat, di-sms engga dibalas," kata Ricky, yang juga wartawan sebuah majalah musik terkenal. Seringai, katanya, batal tampil karena panitia tidak kunjung memberikan DP (pembayaran awal) honor tampil. "Band-band yang tampil juga engga jelas bakal dilunasi apa engga (sisa honor yang harus dibayar)," katanya. Dalam jumpa pers bulan lalu, direktur program Parade Rock Jakarta, Jimmy, menyatakan bahwa acara yang dicanangkan untuk membangkitkan kembali aura musik rock di Tanah AIr itu memang ide positif yang sangat berat tantangannya. Dari tiga hari penyelenggaraannya, konser itu terbukti belum mendapat sambutan luas dari publik. Meski demikian, penyuka musik rock sudah diberi kesempatan untuk menyaksikan band-band yang digemari, termasuk yang sudah masuk hitungan legendaris semacam Ucok AKA, Andy Tielman, Voodo dan Elpamas. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008