Oleh Zeynitta Gibbons London (ANTARA News) - Shinta Hapsari Subarkah dan bayi yang dikandungannya menjadi pusat perhatian para pejabat Pemerintah Hungaria, duta besar, dan perempuan konsul, para istri duta besar, dan sejumlah kalangan di negeri itu, termasuk wartawan, saat upacara tradisi tujuh bulanan (mitoni) digelar di Wisma Duta Indonesia di Budapest. "Upacara mitoni atau selamatan yang menandai tujuh bulan usia kehamilan mengandung seribu makna telah menarik undangan yang dinilai sangat unik," ujar Sekretaris I Penerangan, Sosial dan Kebudayaan (Pensosbud) di kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Budapest, Arena Sri Victoria, kepada ANTARA News London. Dalam upacara mitoni itu, Duta Besar RI di Budapest, Mangasi Sihombing, dan Ny. Parodang Sihombing bertindak mewakili orang tua Shinta Hapsari, sedangkan mewakili orang tua Aas Subarkah (suami Shinta) adalah M. Yusuf dan Nuni Anggraini. Upacara yang diawali dengan penampilan tari Eko Prawiro dari daerah Jawa Tengah yang dibawakan Alexander Riyanto. atraksi itu tampak mencengangkan hadirin. "Terimakasih Mr. Ambassador," ujar seorang tamu dari Selandia Baru kepada Duta Besar (Dubes) RI. "Baru kali ini saya melihat tari Indonesia secara langsung, yang pernah saya lihat hanya gambar dan beberapa kali dalam acara televisi. Negara anda kaya budayanya," demikian puji seorang tamu wanita. Tamu-tamu lainnya juga menyampaikan hal senada. Acara mitoni khas Jawa tersebut dimulai kegiatan sungkeman Aas Subarkah dan Shinta Hapsari, yang saat ini menjabat selaku Sekretaris Ketiga di Bidang Ekonomi KBRI Budapest. Dalam upacara mitoni, sesuai tradisi Jawa, acara siraman dilakukan tujuh orang, yakni pertama suami Shinta, Aas Subarkah yang sedang mengikuti program master di Al-Azhar University, Kairo (Mesir), dan kedua pasangan yang mewakili orang tua. Para undangan juga ikut berperanserta, antara lain tatkala ada acara siraman atau mengguyur tubuh ibunda bersama jabang bayi dalam kandungannya. Dubes Belarus di Budapest, Alena Kupchina, dan Dubes Latvia di Budapest, Veronica Erte, termasuk yang melakukan ritual siraman bagi Shinta. Menurut Arena, dengan menyaksikan bahkan ikut berpartisipasi dalam upacara itu, maka para duta besar negara sahabat maupun tamu hadirin lainnya mengakui kekayaan budaya Indonesia. Acara Mitoni itu dilakukan secara lengkap, termasuk ganti busana dengan tujuh motif kain batik, memutus lilitan janur atau lawe, memasukkan telur ke dalam kain, brojolan dengan dua kelapa muda dan rujakan. Pada saat acara ganti busana, para hadirin di sekaligus diperkenalkan dengan beragamnya jenis dan warna batik yang masing-masing melambangkan sikap hidup yang baik yang kiranya terwujud kelak dalam diri bayi yang sedang ditunggu kelahirannya. Tradisi mitoni Jawa sebenarnya juga terdapat pada etnis lain di Nusantara, hanya saja dalam bentuk dan atraksi yang berbeda, seperti dalam budaya Batak yang disebut dengan nama upacara "pabosurhon." Duta Besar Indonesia dan Ny. Mangasi Sihombing yang berasal dari Tanah batak sekaligus bertindak mewakili orang tua Shinta Hapsari melengkapi upacara mitoni tersebut dengan menganugerahi Ulos Tapanuli Selatan sebagai Ulos Tondi, yang bermakna sebagai doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar bayi dan kedua orangtuanya senantiasa dalam lindungan-Nya. Undangan dalam acara tersebut juga disuguhi aneka makanan khas Jawa, seperti jajanan pasar dan tumpeng yang dihidangkan. Selain itu, Tari Padang Wulan yang dibawakan Alexander Riyanto dan Riskanty Dewi Gonczol juga ikut memeriahkan acara yang dicanangkan sebagai bagian dari promosi Kunjungan Indonesia (Visit Indonesia) yang mendapat liputan media masa Hungaria. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008