Samarinda (ANTARA News) - "Manusia Kawat", Noer Syaidah (40), menjalani pengobatan `religi` (keagamaan) oleh puluhan ulama dan warga di Samarinda, Kaltim, Jumat malam. Proses pengobatan yang berlangsung mulai pukul 19. 30 Wita itu, dilakukan dengan membaca doa dan Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW oleh sekitar 22 ulama di Samarinda dan warga sekitar rumah Noer Syaidah. "Saya prihatin dengan penyakit aneh yang dialami Noer Syaidah sehingga merasa tergerak untuk ikut pengajian," ujar Imam, seorang peserta pengajian. Sejak ramai diberitakan di berbagai media, ratusan warga, baik di Samarinda maupun dari berbagai wilayah di Indonesia memberikan rasa simpatik terhadap penyakit aneh yang dialami Guru TK Al-Wardah, Kabupaten Kutai Timur itu. Bahkan, sepasang suami isteri asal Kediri, Jawa Timur, Joko Trino dan Ririn nekat ke Samarinda untuk membantu mengobati penyakit Noer Syaidah. "Hampir setiap hari, ada yang datang ingin melihat langsung Noer Syaidah yang disebut sebagai Manusia Kawat. Adapula yang datang berniat mengobati, tetapi pihak keluarga Noer Syaidah sangat selektif memilih orang yang akan mengobatinya," ujar seorang teTangga Noer Syaidah. "Kami berharap, melalui doa bersama ini, minimal bisa memberikan dorongan bathin dan ketabahan kepada Noer Syaidah agar tabah menjalani hidup," kata Ketua GP (Gerakan Pemuda) Ansor Kaltim, Syaparudin ditemui ANTARA, usai mengikuti pengajian di rmah Manusia Kawat. Dipimpin seorang tokoh agama di Samarinda, KH. Syachrudin Tarmidji, pengajian terlihat berlangsung khusyuk di ruang tamu rumah Noer Syaidah. Sementara, Manusia Kawat itu terlihat mengenakan mukena berwarna putih, sambil membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Dihadapan Noer Syaidah, terdapat tiga lapis bantal, air berisi kembang serta Al-Quran. "Pengajian sudah berlangsung tiga malam dan malam sebelumnya (Kamis malam, red) diikuti sekitar 70 orang, termasuk ulama dan warga," ungkap salah seorang kerabat Noer Syaidah. Usai menggelar pengajian, KH. Syachrudin Tarmidji lalu memberikan petuah dan nasihat kepada Manusia Kawat tersebut. "Proses ini merupakan doa agar Noer Syaidah diberi kesembuhan dari penyakit yang dideritanya itu. Saya memberikan nasihat agar dia (Manusia Kawat, red) rajin mendoakan orang tuanya yang telah meninggal dan seluruh keluarga serta orang-orang yang pernah dekat dengannya. Dia harus banyak berdoa dan menjalankan perintah agama, agar Tuhan memberikan jalan untuk kesembuhan dirinya,"ungkap KH. Syachrudin Tarmidji. Sebelumnya, Ketua MUI Samarinda, KH. Zaini Naim mengungkapkan, akan mencari 41 orang yang hafal dan fasih membaca Al-Quran, seperti permintaan dalam mimpi Noer Syaidah yang menyebut, penyakit Manusia Kawat itu bisa sembuh jika ada 41 orang fasih membaca ayat suci Al-Quran menggelar pengajian. "Walaupun sulit mencari hal seperti itu, namun kami (MUI) akan berupaya memenuhi syarat mimpi Noer Syaidah. Itu sebuah usaha dan tidak ada salahnya jika dilakukan sebab tidak menyalahi ketentuan agama,"ungkap KH. Zaini Naim. Kawat yang menancap di perut Noer Syaidah dari hasil foto rontgen dan CT-Scan RSUD AW. Sjahranie, sebanyak 25 buah, sementara yang melintang di dalam perut tujuh buah. "Awalnya, hanya ada tiga puluh kawat, namun saat ini bertambah lagi. Dari segi medis, memang kami belum tahu penyebabnya, tetapi kami akan tetap berupaya mengeluarkan kawat itu melalui operasi," ungkap Direktur RSUD AW. Sjahranie Samarinda, Dr. Ajie Syirafudin. Noer Syaidah menderita penyakit aneh sejak tahun 1991. Berbagai upaya telah dilakukan, baik medis maupun pengobatan supranatural, namun hingga kini kawat besi masih tetap tertanam di tubuh Noer Syaidah. Perut alumni Fakultas Sospol Universitas Mulawarman itu sempat sembuh selama limat tahun, sejak dia tinggal di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim. Namun, kawat besi di perut Nor Syaidah mulai timbul pada bulan Desember 2007. "Kalau dulu, kawat yang keluar sempat berjatuhan bahkan jumlahnya sudah ratusan. Tapi, selama kambuh lagi tujuh bulan terakhir, kawat itu tidak jatuh dan tetap menancap di perut saya. Jumlahnya selalu bertambah mendekati tanggal kelahiran saya yakni 9 Januari," ungkap Noer Syaidah. Penderitaan Manusia Kawat yang telah berlangsung selama 17 tahun itu, menyisakan rasa sakit yang luar biasa. Berkat ketabahan serta upaya Noer Syaidah melawan penyakitnya itu, ia masih tetap bertahan hidup. "Jangankan disentuh, bergerak sedikit saja, sakitnya luar biasa. Saya berusaha menghilangkan rasa sakit dan frustrasi atas penyakit yang saya alami ini dengan berdoa dan melakukan kegiatan sosial. Selama ini, banyak orang yang tidak tahu penyakit yang saya alami, sebab saya tidak ingin menyusahkan orang lain. Bahkan, orang tua saya sendiri, baru tahu sesaat sebelum meninggal," ungkap aktivis sosial tersebut. Ia juga meminta maaf atas pemuatan gambar dirinya di berbagai media, terkait penyakit yang dialaminya itu. "Tidak ada maksud mencari popularitas atau memperlihatkan aurat saya, atas penyakit yang saya alami ini. Sebenarnya, saya tidak ingin apa yang saya alami ini diketahui media, tetapi atas dorongan keluarga daa rekan-rekan saya, terpaksa saya mau mengungkapkannya. Saya minta maaf jika ada yang keberatan atau tidak suka dengan pemuatan aurat saya itu sebab saya mengada-ada dan membuat cerita bohong. saya hanya berharap dukungan doa dari masyarakat Indonesia," ungkap Noer Syaidah.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008