Banda Aceh (ANTARA News) - Pakar air susu ibu (ASI), dr Utami Roesli mengingatkan masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tidak terkecoh dengan kampanye susu formula, karena pemberian air susu ibu (ASI) secara dini jauh lebih baik menjadikan bayi cerdas dan kebal terhadap berbagai penyakit. "ASI sumber gizi utama yang jauh lebih baik ketimbang susu formula," katanya dihadapan ribuan ibu hamil dan menyusui saat mengikuti sosialisasi Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Ulee Lheue, Banda Aceh, Senin. Sekitar 1.500 ibu hamil dan ibu menyusui dari Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Jaya mengikuti kegiatan sosialisasi IMD yang telaksana atas dukungan kerjasama World Vision dengan pemerintah setempat. Ia menyatakan, prilaku menyusui dini yang dianjurkan tersebut terbagi tiga tahapan, yakni meletakan bayi pada payudara ibu segera mungkin setelah melahirkan dan kemudian membiarkan bayi itu mencari sendiri puting susu ibunya. "Langkah ini sangat penting bagi proses ASI esklusif. Bayi memperoleh kolostrum yang mengandung zat kekebalan tubuh yang sangat tinggi kandungannya," katanya. Kedua, pemberian ASI ekslusif sampai enam bulan tanpa makanan pendamping berperan penting menjadikan bayi cerdas, bahkan terbukti menurunkan resiko penyakit kronis saat dewasa nanti. "Hasil peneltian ahli gizi, pemberian ASI pada anak membuktikan terdapat 13 poin kecerdasan (IQ) anak lebih tinggi dibanding anak mengkonsumsi susu formula," kata Utami Roesli. Ketiga, memberikan makanan pendamping ASI yang tepat sejak usia enam bulan dengan meneruskan pemberian ASI sampai usia anak dua tahun. Ia menilai, langkah mewujudkan program ASI ekslusif di Indonesia belum memenuhi target dan membutuhkan kampanye yang luar biasa sampai ke pelosok desa dengan melibatkan tenaga medis. "Bicara soal kesadaran ibu-ibu memberikan ASI, masih jauh dari yang diharapkan. Hanya 40 pesen bayi yang diberikan asi ekslusif," katanya. Para ahli gizi dan pemerintah, kata dia, terlambat mengetahui begitu pentingnya inisiasi menyusui dini. Hingga tahun 1990, katanya, hanya sebanyak 30 negara yang sudah mengetahui dan menjalani program inisiasi menyusui dini. "Indonesia baru menjalankan program ini," katanya. Pemerintah dinilainya memang terlambat dan pakar gizi juga baru mengetahui tentang pentingnya ASI dini, dan susu yang cocok tidak ada selain susu ibunya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008