Manila (ANTARA News) - Seorang bersenjata menembak dan mengakibatkan cedera gawat terhadap seorang wartawan/komentaror radio Filipina, pada saat dia berjalan ke satu pusat perbelanjaan di satu kota selatan, kata polisi di sini Selasa. Ia menambahkan, bahwa serangan itu mungkin ada kaitannya dengan tugas kewartawanan. Filipina adalah salah satu dari banyak tempat berbahaya di dunia bagi pekerja wartawan. Limapuluh tujuh wartawan telah tewas dibunuh sejak tahun 2001. Dennis Cuesta, wartawan tersebut, sedang berjalan dengan seorang temannya di daerah General Santis pada Senin malam, ketika seorang pria mendekatinya dari belakang dan kemudian menembaknya lima kali dari jarak dekat, kata kepala kepolisian kota itu, Robert Po. "Cuesta masih dalam kondisi koma di satu rumahsakit setempat, setelah dia ditembak di kepalanya, bahu serta pinggulnya," kata Po kepada wartawan. Dia menambahkan, bahwa komentator radio itu sebelum memang mendapat ancaman pembunuhan karena `serangan-serangan di udaranya` terhadap perjudian dan obat-obatan terlarang. Cuesta adalah direktur program dari Radio Mindanao Network dan menjadi pemandu harian dari acara bincang-bincang `Straight to the Point` yang mengomentari tentang korupsi, kriminalitas dan masalah-masalah sosial kemasyarakatan lainnya. Persatuan Wartawan Nasional Filipina (NUJP) mengutuk serangan terhadap Cuesta, yang merupakan anggota NUJP keempat dalam tahun ini diserang dengan senjata. Dua wartawan sebelumnya tewas dibunuh sejak Januari. Kisah-kisah investigasi mengenai perdagangan gelap obat-obatan, perjudian dan kegiatan-kegiatan ilegal lainnya di Filipina sering menempatkan kehidupan wartawan dalam bahaya. Korupsi di media massa juga menyebabkan wartawan yang digaji rendah kadang-kadang menerima uang suap untuk membungkam tulisan-tulisan, sehingga menempatkan mereka pada resiko dari serangan-serangan balas dendam yang dilakukan para penyuap atau pesaing-pesaing mereka. Dipicu oleh kegagalan melindungi ratusan wartawan dan para aktivis sayap kiri yang dibunuh selama tujuh tahun belakangan ini, pemerintah berjanji akan mengejar para pembunuh wartawan. Pada April lalu, pengamat dunia kewartawanan yang bermarkas di New York, Komite Perlindungan Wartawan (CPJ) memberikan peringkat keenam kepada Filipina sebagai negara paling berbahaya bagi kegiatan kewartawanan, demikian Reuters.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008