Palu (ANTARA News) - Dua unit mesin Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT Pusaka Jaya Palu Power (PJPP) di desa Mpanau, Kecamatan Palu Utara, kini berhenti operasi karena kehabisan bahan bakar batubara. "Stok batubara sudah habis sejak Sabtu (16/8) dan pihak PJPP belum bisa memastikan kapan pasokan baru batubara akan masuk," ujar Kepala PLN Cabang Palu, Yustono di Palu, Senin. Penghentian operasi ini mengakibatkan pemadaman listrik secara bergilir di sistim Palu bertambah lama dari tiga jam menjadi lima jam setiap hari. Bahkan sesuai pengalaman sejumlah pelanggan, dalam kurun waktu 24 jam, para pelanggan bisa mengalami dua kali pemadaman dengan jangka waktu lima jam sekali padam. "Sudah dua hari ini, pemadaman listrik terpaksa kita perpanjang sampai lima jam setip area agar pelanggan bisa mendapatkan pasokan secara merata," kata Yustono. Setiap kali pemadaman, katanya, ada 75 persen pelanggan yang tidak mendapat pasokan listrik. Ini karena sistem Palu sekarang hanya mendapat pasokan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) Silae sekitar 13,5 MW sementara beban puncak mencapai hampir 45 MW. Sementara Manager PT PJPP Palu, Slamet Viktor Panggabean yang dikonfirmasi membenarkan PLTU sementara waktu tidak bisa beroperasi sebab stok batubara habis. Ia berharap dalam waktu tidak terlalu lama, PJPP Pusat di Jakarta bisa mesuplai batubara dalam jumlah memadai dari Kalimantan Timur karena pembelian batubara adalah wewenang PT PJPP di Jakarta. "Kami di Palu hanya operator saja. Soal pasokan batubara semuanya wewenang PJPP pusat," kata Panggabean. Sejumlah warga mengeluh karena alat elektronik seperti kulkas, TV dan komputer rusak akibat lampu ayng sering padam. "TV saya hari Minggu (17/8) jebol saat aliran listrik padam secara tiba-tiba," kata Ny Nining (45), warga di Jln Maleo, Palu Timur. Hal senada juga dikeluhkan Nurhaeni (34), wirausahawan yang tinggal di kelurahan Besusu Barat yang mengaku monitor komputer di rumahnya rusak setelah listrik mati-hidup berulang-ulang.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008