Bagdad (ANTARA News) - Seorang wartawan Kurdi Irak luka parah sesudah kelompok bersenjata berseragam tentara menembaknya di rumahnya di Bagdad pada bulan lalu, kata pengamat media Wartawan Tanpa Perbatasan pada Senin. Sadeq Jaafar Bashir, wartawan pada majalah bulanan Kurdi "Araa", ditembak perut dan lengannya, tapi saudara perempuannya tewas sesudah tujuh orang bersenjata menembak mereka pada 24 Agustus, kata pernyataan kelompok berpusat di Paris, Prancis, itu layaknya dikutip AFP. Ibu Bashir dan wanita tiga tahun puteri saudara perempuannya juga lukai akibat serangan tersebut, katanya. Kelompok bersenjata memasuki rumah Bashir dengan mengatakan akan menggeledah tempat itu sebelum menembak, ujarnya. "Jaafar Bashir dibawa ke rumahsakit Madinat Tib di ibukota itu, tempat ia menjalani pembedahan untuk mengambil peluru dari perutnya dan terancam tak dapat menggunakan tangan kirinya," katanya. Wartawan Tanpa Perbatasan (Reporter Sans Frontier/RSF) menyerukan adanya penyelidikan atas serangan itu, dengan menyatakan wartawan tak hanya dijadikan sasaran saat mereka keluar, tapi mulai sekarang, mereka juga dalam bahaya di rumah mereka. Dengan mengutip Bashir, pernyataan itu mengatakan polisi tidak mewawancarainya tentang penembakan tersebut sepekan kemudian dan mengeluhkan kelambanan penyelidikannya. Sedikit-dikitnya ada 237 pekerja media, termasuk 22 yang berkebangsaan asing, tewas sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat ke Irak pada Maret 2003, kata angka Pengamat Kebebasan Pers Irak. Kelompok bersenjata pada tengah Juni menembak mati wartawan Irak, yang bekerja sebagai jangkar berita televisi negara, di luar rumahnya di kota Mosul, Irak utara, kata kepala cabang saluran itu. Mohialddin Abdulhamid, jangkar untuk saluran Al-Iraqiya di propinsi Nineveh, yang beribukota Mosul, tewas dalam perjalanan untuk bekerja, kata kepala cabang saluran itu, Yaarob Salim, kepada kantor berita Prancis AFP. Polisi di propinsi Nineveh menyatakan pembunuhan itu terjadi di lingkungan Hail Zirae di Mosul utara. Sejumlah wartawan Irak bekerja di Nineveh tewas oleh pejuang dalam beberapa tahun terahir. Tentara Amerika Serikat menyatakan Mosul merupakan benteng kota terahir pejuang Alqaida di Irak. Dua wartawan Irak pada ahir Mei tewas dalam kejadian terpisah di Bagdad dan provinsi Diyala, kata polisi dan majikan mereka. Wissa Ali Ouda, wartawan televisi swasta Afaq, tewas akibat diserang penembak gelap ketika menuju rumahnya di daerah Obeidi di Bagdad timurlaut, kata pemimpin redaksinya, Khazaal Ghazi, kepada AFP. Mayat seorang wartawan lain, Haidar Hashem Husseini, ditemukan di kota Baquba di timurlaut Bagdad, dua hari setelah diculik, kata pejabat polisi setempat. Stasiun televisi Irak pada ahir Mei menuduh tentara Amerika Serikat menembak mati satu kamerawannya, yang berjalan pulang di Bagdad. Mitra Wisam Ali Ouda di saluran televisi Afaq menyatakan korban di antara 11 orang tewas oleh tentara Amerika Serikat di daerah Obaidi, Bagdad timur. Tentara Amerika Serikat menyatakan serdadunya menembak mati 11 "pejuang", tapi kata polisi dan beberapa penduduk menyatakan sedikit-dikitnya beberapa yang tewas adalah warga, yang dibunuh penembak runduk Amerika Serikat. Dengan mengutip pernyataan dikeluarkan kelompok Hak Pers, kantor berita Suara Irak (VOI) menyatakan Wisam Ouda dibunuh penembak runduk Amerika Serikat. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008