Timika, Papua (ANTARA News) - Krisis bahan bakar minyak (BBM) jenis premium (bensin), solar dan minyak tanah hingga kini masih terjadi di Timika, ibukota Kabupaten Mimika, Papua sehingga harga bensin eceran mencapai Rp20 ribu hingga Rp25 ribu perliter dan minyak tanah Rp10.000 hingga Rp15 ribu per liter. Pantauan ANTARA di Timika, Kamis, antrian kendaraan yang sangat panjang terlihat di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) SP2 dan Nawaripi dan ini terjadi sejak beberapa hari belakangan. Para pengemudi kendaraan roda dua dan empat serta truk-truk besar bahkan sudah mengantri di sekitar lokasi SPBU sejak malam hari untuk mendapatkan BBM. "Kami sejak semalam berada di sini, kalau tidak begitu nanti tidak kebagian minyak," tutur Achmad, seorang sopir truk di Timika yang ditemui di SPBU Nawaripi. Situasi makin bertambah runyam dengan banyaknya warga yang membeli BBM dengan jerigen. Mereka beralasan membeli BBM untuk keperluan transportasi perahu motor ke sejumlah ibukota distrik di wilayah pedalaman dan pesisir. Kondisi tersebut dimanfaatkan sejumlah oknum aparat keamanan berseragam dinas untuk menjadi calo. Kendati dicibir warga, sejumlah oknum aparat keamanan tersebut tidak peduli malahan memaksa petugas SPBU untuk mendahulukan pengisian BBM ke jerigen milik mereka. Hingga Kamis siang sekitar pukul 11.00 WIT, truk yang mengangkut minyak milik Jober Pertamina Timika belum tiba di SPBU Nawaripi. Petugas SPBU Nawaripi, Rifai menuturkan selama hampir satu pekan belakangan pasokan solar dan premium dari Pertamina menurun drastis. Dalam kondisi normal, katanya, SPBU Nawaripi mendapatkan pasokan 25 KL premium dan 15 KL solar. Namun sejak akhir Agustus lalu Pertamina hanya memasok 21 KL premium dan 5 KL solar. Sementara itu Kepala Jober Pertamina Timika, Hardjito mengatakan salah satu satu kapal tanker Pertamina yang mengangkut BBM dari Ambon baru tiba di Pelabuhan Paumako pada Kamis pagi. Kapal tersebut mengangkut 700 ton bensin dan 500 ton solar. Dalam waktu dekat akan menyusul kapal berikutnya dengan membawa 700 ton solar dan 300 ton minyak tanah. Hardjito meminta Pemerintah Daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdangan (Perindag) serta aparat keamanan menindak para pedagang BBM eceran yang menjamur di kota Timika. Para penjual BBM eceran tersebut sering memanfaatkan kesempatan untuk menjual BBM dengan harga tinggi, padahal BBM tersebut dibeli di SPBU dengan harga subsidi.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008