Oleh Kasriadi Palangkaraya (ANTARA News) - Rumah betang, tempat tinggal khas suku Dayak di pedalaman Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya, Kalimantan Tengah, terancam punah. Saat ini rumah betang atau rumah panjang yang ada Kabupaten Barito Utara hanya tersisa dua, yaitu di Desa Tambau dan Karamuan Kecamatan Lahei. Yang ada di Desa Benao tersisa tiangnya saja. Di Kabupaten Murung Raya, kabupaten paling utara di pedalaman Sungai Barito, hanya tertinggal satu betang. Rumah panjang di Desa Konut, Kecamatan Tanah Siang, masih dihuni sejumlah keluarga suku Dayak Siang. Rumah betang di Kecamatan Tanah Siang itu jaraknya sekitar delapan kilometer dari Puruk Cahu, ibukota Kabupaten Murung Raya, yang merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Barito Utara. Lokasi itu dapat dicapai melalui jalan darat. "Kondisi rumah betang yang masih ada sangat memprihatinkan karena usianya sudah tua. Kalau tidak mendapat perhatian pemerintah dikhawatirkan pada beberapa tahun mendatang bisa punah" kata Sarita, warga Desa Nihan Kecamatan Lahei. Saat ini, rumah betang Tambau yang berada di RT 01 Desa Nihan Kecamatan Lahei itu merupakan bangunan yang masih tersisa yang didirikan tahun 1918. Rumah betang yang memiliki panjang 50 meter dengan lebar 8 meter itu dihuni 17 kepala keluarga suku Dayak Malang dan merupakan bangunan pengganti setelah betang yang ada sebelumnya terbakar. Menurut Sarita, penghuni rumah betang ini sering dijadikan falsafah kerukunan hidup masyarakat Kalteng, karena warga yang tinggal dalam satu bangunan itu jumlahnya bisa mencapai puluhan orang dengan agama atau keyakinan yang berbeda. "Jadi budaya betang diartikan sebagai masyarakat suku Dayak yang hidup damai berdampingan meski latar belakang keyakinan berbeda," kata mantan Kepala Desa Nihan itu. Pria yang juga kepala adat rumah betang Tambau itu mengatakan, bangunan lama yang berusia dua abad lebih, habis terbakar. Yang ada sekarang merupakan bangunan pengganti. Beberapa tiang rumah bangunan lama dari kayu ulin masih tersisa dan kini dirawat bersama bangunan yang ada dan hampir setiap tahun selalu mendapat bantuan dari pemerintah kabupaten untuk merehabilitasi bangunan tersebut. "Bangunan betang yang lama, dinding, atap, dan lantainya terbuat dari kulit kayu pilihan," katanya. Guna menjaga kelestarian rumah betang, Pemprov Kalteng membangun sejumlah sarana pemerintah berbentuk rumah betang, seperti bangunan Kantor Gubernur di Palangka Raya. Kemudian di Kabupaten Barito Utara dibangun bangunan serba guna berbentuk betang yang berada di dalam stadion sepak bola Muara Teweh yang berfungsi sebagai tempat kegiatan pemerintah dan penampung kontingen yang melakukan kegiatan di daerah tersebut. "Namun kini rumah betang yang aslinya terbuat dari kayu ulin bakal terancam karena pemanfaatan kayu ulin di daerah ini dilarang pemerintah," kata Deny Hariadi, pemerhati budaya di Muara Teweh. Tujuan Wisata Menurut Deny, keberadaan rumah betang di kabupaten pedalaman Kalteng ini sudah saatnya dikembangkan menjadi salah satu tujuan wisata unggulan daerah dengan promosi yang gencar karena bangunan dan budaya masyarakatnya yang unik. Rumah betang Tambau yang mudah dijangkau menggunakan angkutan sungai dan darat ini pernah dikunjungi turis mancanegara, di antaranya dari Amerika Serikat, Belanda, Philipina, China, Australia, dan Jepang. Bahkan betang itu yang dijadikan salah satu tujuan wisata Kabupaten Barito Utara itu pernah dikunjungi empat duta besar, dari Denmark pada 1992, China dan Jepang tahun 1994, dan Dubes Australia tahun 1997. "Dulu para turis asing tersebut ada yang ikut menginap di rumah betang tersebut, namun sekarang sangat jarang. Mungkin promosi wisata daerah ini sangat kurang," kata tokoh suku Dayak Malang yang fasih berbahasa Inggris itu. Sementara itu rumah betang lainnya yang masih ada yaitu di Desa Karamuan yang usianya sejak ada zaman penjajahan Belanda lalu di huni 15 kepala keluarga suku Dayak Malang. "Kami minta kepada pemerintah untuk membantu bangunan tersebut guna menjaga salah satu aset kekayaaan daerah dalam hal budaya," katanya. Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Barito Utara HM Romansjah Bagan mengatakan, pada 2008 Pemkab mengalokasikan dana ratusan juta untuk melakukan rehabilitasi betang Tambau. "Meski dana terbatas, kami tetap mengalokasikan dana untuk menjaga salah satu aset budaya itu," katanya. Sedangkan Bupati Kabupaten Murung Raya Willy M Yoseph menyatakan, pihaknya mulai 2009 akan mengembangkan rumah betang Konut menjadi salah satu tujuan wisata daerah. Apalagi di sekitar desa tersebut terdapat perusahaan tambang emas yang diusahakan penanam modal asing, PT Indo Muro Kencana Strait, dan dekat dengan bandara milik perusahaan asing itu. Menurut Willy, betang Konut akan menjadi aset budaya dan sejarah selain potensi wisata lain seperti tugu equator di Desa Tumbang Olong, Kecamatan Uut Danum, serta wisata alam dan petualangan di daerah itu. "Kami segera melakukan pembenahan, terutama sarana infrastruktur potensi wisata tersebut sehingga Kabupaten Murung Raya yang berada di pedalaman bisa dikenal di mancanegara," kata Willy menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008