Yang dibantu di Jawa Tengah ini tidak lebih dari 10. Jadi belum banyak
Solo (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan mengembangkan mekanisme atau skema pendanaan untuk program restrukturisasi mesin pada sektor usaha mebel.

"Sedang kami coba kembangkan karena selama ini yang ada pakai APBN," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Muhammad Arif Sambodo di Solo, Senin.

Ia mengatakan dengan penggunaan APBN itu pun belum banyak pelaku industri mebel yang bisa merasakan fasilitas program restrukturisasi mesin ini.

"Yang dibantu di Jawa Tengah ini tidak lebih dari 10. Jadi belum banyak," katanya.

Oleh karena itu, saat ini pihaknya sedang mengonsepkan bagaimana pemerintah daerah bisa ikut membantu memfasilitasi program restrukturisasi mesin ini.

"Kalau teknisnya seperti anggaran dari mana belum ditentukan, dalam waktu dekat ini saya akan ngangsu kawruh ke pusat karena yang sudah melakukan pusat," katanya.

Sebelumnya, dikatakannya, restrukturisasi mesin merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas produk ekspor agar makin diminati pasar asing.

"Kami berupaya memotivasi mereka agar makin meningkatkan kualitas produknya. Apalagi furnitur di Jateng ini posisinya kedua untuk ekspor setelah tekstil," katanya.

Baca juga: Pemerintah bahas persoalan industri mebel kayu dan rotan

Ia mengatakan saat ini persaingan di sektor kayu makin ketat, di sisi lain pasar makin luas. Menurut dia, pasar yang layak dioptimalkan bukan hanya pasar ekspor tradisional seperti Amerika Serikat tetapi juga kawasan Timur Tengah dan Eropa.

"Bahkan Timur Tengah ini permintaannya cukup tinggi. Apalagi jenis kayu kita cukup cocok dengan iklim di sana," katanya.

Baca juga: Rapimnas HIMKI bahas hambatan industri mebel dan kerajinan nasional

Ia mengatakan industri furnitur dan kayu olahan merupakan industri prioritas di Jawa Tengah dan masih menjadi primadona ekspor nonmigas di Jawa Tengah.

Berdasarkan data, pada tahun 2018 nilai ekspor produk kayu olahan dan furnitur Jawa Tengah mencapai 1.525.902.186 dolar Amerika Serikat. Nilai total tersebut terdiri dari nilai ekspor kayu olahan sebesar 893.579.118 dolar AS dan nilai ekspor furnitur sebesar 632.323.068 dolar AS.

Baca juga: Perdagangan industri furnitur dan kerajinan surplus
 

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019