Taipei, (ANTARA News) - Seorang tewas dan dua lainnya hilang pada Minggu malam saat Topan Sinlaku membawa angin dengan kecepatan 162 kilometer per jam dan hujan deras di Taiwan, menyebabkan satu jembatan ambruk. Tujuhbelas lainnya cedera di seluruh pulau pada saat topan membawa hujan deras 1.400 mm di beberapa bagian pulau, terutama di daerah-daerah pegunungan di utara, demikian diwartakan Reuters. Angin berangsur-angsur berkurang pada Senin pagi ketika badai bergerak menjauh dari Taiwan, namun Sinlaku telah meninggalkan angin dengan kecepatan 126 kilometer per jam Ahad, kata Biro Cuaca Pusat Taiwan dalam laman internet (http://www.cwb.gov.tw). Suatu pernyataan pemerintah dan media setempat melaporkan bahwa Senin, sebagian jembatan di kota Taichung ambruk karena hujan deras, menewaskan seorang pengendara sepeda-motor dan menyebabkan dua orang lainnya hilang di hangutkan arus di bawah air. Pusat badai 130 kilometer di utara Taiwan pada pukul 00:30 waktu setempat Senin, dan mengarah menuju Jepang. Dinas prakiraan cuaca (tropicalstormrisk.com) mengatakan, Sinlaku makin lemah menjadi badai tropis pada saat ia menuju Jepang. Sejak Sabtu, badai telah menyebabkan ratusan longsoran lumpur, makin meluasnya banjir, berbagai kecelakaan lalulintas, 252.000 listrik padam dan 1.594 orang mengungsi. Kerugian pertanian diperkirakan mencapai 110 juta dolar Taiwan (3.446 juta dolar AS), kata pemerintah. "Pada saat-saat musim hujan lebat, daerah-daerah pegunungan dalam keadaan dijaga dari terjadinya longsoran batu, longsoran lumpur dan melokasisasi banjir," kata laman internet biro cuaca. "Orang-orang hendaknya menghindari aktivitas-aktivitas di gunung-gunung atau di sungai-sungai." Sinlaku adalah badai keempat dari musim badai yang merenggut Taiwan. Pada 18 Juli, topan Kalmaegi menewaskan sedikitnya 20 orang dan menyebabkan banjir besar, tanah longsor dan kerusakan tanaman pertanian di sebagian pulau itu. Topan secara berkala melanda China, Taiwan, Filipina dan Jepang dari Agustus sampai akhir tahun, mengumpulkan kekuatan dari air hangat dari Lautan Pasifik atau Laut China Selatan sebelum melemah di daratan.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008