Brisbane (ANTARA News) - Pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) Cabang Australian Capital Territory (ACT) Canberra, Senin malam, memprotes studi banding delegasi Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR-RI ke Australia karena dianggap "memboroskan uang pajak rakyat." Ketua PPIA Cabang ACT Ahmad Fauzie Nur, dalam suratnya kepada para anggota delegasi BURT DPR-RI yang berkunjung ke Australia dari 15 hingga 19 September mengatakan, studi banding untuk meningkatkan kualitas kelembagaan DPR RI ini sebenarnya bisa dilakukan tanpa mengeluarkan biaya sedikit pun. Studi banding bisa dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi seperti lewat fasilitas tele-conference dan internet. "Khusus untuk informasi parlemen Australia, bapak dan ibu anggota DPR yang terhormat dapat mengunjungi situs resmi mereka (www.aph.gov.au) di mana banyak informasi yang dapat diperoleh tanpa mengeluarkan biaya sedikit pun," kata Ahmad. Karena itu, PPIA memandang studi banding itu bukan cara yang tepat dalam mendapatkan masukan bagi penyusunan kebijakan atau perbaikan sistim kelembagaan DPR, apalagi sistem pemerintahan kedua negara berbeda karakternya. "Kami mempertanyakan kepekaan DPR-RI sebagai lembaga perwakilan rakyat Indonesia terhadap kondisi perekonomian Indonesia dengan memboroskan uang rakyat sementara masih banyak rakyat miskin di Indonesia," kata Ahmad Fauzie Nur. PPIA ACT mendesak DPR menghentikan program-program pemborosan seperti ini dan memohon para anggota DPR-RI berintrospeksi. "Kami mengimbau rekan-rekan PPI seluruh dunia untuk terus mempertanyakan makna, tujuan dan hasil konkret setiap kunjungan anggota DPR ke negara lain agar tidak sia-sia," katanya. Menurut Ahmad, kesembilan anggota DPR-RI yang studi banding ke Australia adalah Junisab Akbar (Ketua Delegasi) dari Fraksi PBR, Mesir Suryadi (Golkar), Andi Wahab Datuk Majokayo (Golkar), Ida Bagus Nugroho (PDIP), Barnstein Samuel Tundan (Demokrat), Syahrial Agamas (PPP), Latifah Iskandar (PAN), Saidah Sakwan (PKB) dan Andi Salahuddin (PKS). (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008