Bekasi (ANTARA News) - Warga Kota Bekasi mengeluhkan harga minyak tanah di tingkat pengecer, sejak dua hari lalu, mencapai kisaran Rp14.000 hingga Rp15.000 per liter. Ny Ana Rohana (60), warga Bekasi Jaya, Sabtu mengatakan, minyak tanah bersubsidi menghilang sejak bulan lalu, sedangkan harga minyak tanah non subsidi mencapai Rp15.000 per liter. Mahalnya harga minyak tanah itu, mengakibatkan kalangan ibu rumah tangga di Kota Bekasi kecewa dan mengancam beralih ke kayu bakar untuk memasak kebutuhan sehari-hari. Warga Kota Bekasi juga mengaku kesal dan kecewa, karena pangkalan minyak tanah kehabisan stok bahkan sudah lama tidak mendapatkan kiriman minyak tanah bersubsidi dari pertamina. Kebijakan pemerintah mengkonversi penggunaan minyak tanah ke gas elpiji berdampak, kata Ana Rohana, tidak menguntungkan bagi warga miskin, karena pembagian kompos gas dan tabung tidak merata. Ia juga mengaku, tidak mendapat pembagian kompor dan gas elpiji berisi tiga kilogram yang diduga digelapkan oleh pihak tertentu untuk mengeruk keuntungan pengurus tingkat RT setempat. Sementara itu, Ny Endang (40), warga Pondokungu, Bekasi Utara, mengatakan, harga minyak tanah di pengecer berkisar antara Rp13.500 hingga Rp15.000 per liter, sedangkan di agen stok habis. Meski harga minyak tanah di Kota Bekasi mahal, namun warga tidak mudah untuk mendapatkan karena agen minyak tanah kehabisan stok bahkan tutup dan pintu masuk ditempel kertas bertuliskan "Minyak Tanah Habis". Sementara itu, penjual minyak tanah eceran menggunakan gerobak dorong, Kamarulloh (65), warga RT01/RW09, Kelurahan Jatimakmur, ketika ditemui di jalan Majalah, Pondokgede mengatakan, terpaksa menjual minyak tanah seharga Rp15.000 per liter. Ia mengatakan, harga pembelian pada sebuah agen di Pondokgede yang minta dirahasiakan tempatnya, sebesar Rp13.500 per liter sehingga di tingkat pengecer dijual ke konsumen Rp15.000 per liter. Pedagang minyak tanah eceran asli Bekasi itu juga mengaku kecewa, karena kesulitan mendapatkan mitan bersubsidi, sehingga dimanfaatkan orang tidak bertanggungjawab untuk mengeruk keuntungan pribadi. "Saya membeli minyak tanah ini di sebuah tempat di Pondokgede, dan minyak tanah ini asalnya dari Sukabumi yang diangkut oleh pedagang menggunakan mobil jenis suzuki carry," katanya. Menanggapi pengakuan pedagang eceran itu, anggota DPRD Kota Bekasi, Sutriyono mengatakan, adalah orang tidak bertanggungjawab jika memanfaatkan kelangkaan minyak tanah untuk mencari keuntungan pribadi. Ketika disinggung asal minyak tanah yang dijual di Bekasi selundupan dari Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Jabar), wakil rakyat itu mengatakan, perlunya polisi meningkatkan pengamanan di perbatasan Bekasi dengan daerah sekitarnya. "Apa yang diungkapkan oleh penjual minyak tanah eceran itu merupakan informasi penting, karena itu polisi segera meningkatkan pengamanan di perbatasan Bekasi dengan wilayah sekitarnya," katanya. Menyinggung adanya minyak tanah selundupan dari Sukabumi, Kapolres Metro Bekasi, Kombes Masguntur Laope pada ANTARA mengatakan, ada informasi atau tidak soal keamanan, anggotanya tetap meningkatkan pengamanan wilayah apalagi mendekati Idulfitri. "Saya juga menginstruksikan kepada anggota meningkatkan pengamanan di perbatasan Bekasi dengan wilayah lainnya, terkait dengan adanya informasi masuknya minyak tanah dari Sukabumi ke Pondokgede, Bekasi," kata Masguntur Laope.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008