Taipei (ANTARA) - Lee Chia-fen, istri calon presiden dari partai oposisi utama dalam pemilihan di Taiwan telah membatalkan kunjungannya ke Singapura untuk berkampanye setelah pemerintah tak memberikan izin untuk melakukan "kegiatan-kegiatan politik di luar negeri". Singapura seperti kebanyakan negara tak memiliki hubungan diplomatik yang resmi dengan Taiwan, yang diklaim China sebagai wilayahnya dan merupakan sebuah provinsi yang tak memiliki hak untuk memiliki hubungan luar negeri.

Tetapi Singapura memiliki hubungan informal erat dengan Taiwan, termasuk di bidang militer, dan jadi tempat pertemuan bersejarah antara Presiden China Xi Jinping dan presiden Taiwan saat itu Ma Ying-jeou.

Lee, istri Han Kuo-yu dari partai Kuomintang, yang mendukung hubungan erat dengan China, dijadwalkan berada di Singapura pekan ini untuk mencari dukungan bagi suaminya dari para pemberi suara di negara pulau itu. Media Singapura memperkirakan ada sekitar 50.000 orang Taiwan tinggal di sana.

Kuomintang mengatakan pada Selasa bahwa lawatan Lee dibatalkan. Pada Senin partai itu sudah menyatakan pihaknya membatalkan lawatan ke luar negeri yang jarang dilakukan terkait dengan pemilihan setelah pemerintah Singapura menyatakan kekhawatiran mengenai keamanan.

Menanggapi pertanyaan mengenai "laporan pembatalan kunjungan ke Singapura oleh istri seorang politisi dari Taiwan", Kementerian Luar Negeri Singapura menyatakan kegiatan-kegiatan politik luar negeri tidak diizinkan.

"Pemerintah tak izinkan kegiatan politik luar negeri, termasuk kampanye dan pengumpulan dana di Singapura. Kami secara konsisten melaksanakan kebijakan sama bagi semua pihak," katanya dalam sebuah pernyataan.

"Kami berharap semua warga dan pengunjung menghormati dan mematuhi hukum kami."

Namun, negara-negara lain di kawasan yang juga memiliki komunitas bisnis Taiwan yang besar telah menyambut Lee, termasuk Kamboja, sekutu dekat China yang bahkan tidak mengizinkan Taiwan memiliki kantor perwakilan di sana.

Lee juga sudah ke Vietnam dan Jepang untuk mencari dukungan dan sekarang berada di Malaysia. Suaminya tertinggal jauh dalam perolehan suara dalam jajak pendapat.

Kuomintang yang memErintah China hingga dipaksa melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949 setelah kAlah dalam perang saudara melawan Komunis mengatakan pihaknya ingin memperbaiki hubungan dengan Beijing.

Pada bulan ini Han menyerukan kembali kepada konsensus dengan Beijing bahwa hanya ada satu China, tetapi menolak formula China seperti gaya yang diterapkan di Hong Kong untuk unifikasi "satu negara, dua sistem".

Sumber: Reuters
Baca juga: Partai Kuomintang di Taiwan ganti calon untuk ikut pemilihan presiden
Baca juga: China protes Singapura atas kendaraan tentara di Taiwan
Baca juga: Dugaan campur tangan China kacaukan kampanye pemilihan umum Taiwan
​​​​​​​
Baca juga: Partai berkuasa Taiwan kecam China sebagai "musuh demokrasi"


Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019