Tarakan (ANTARA) - Para siswa Madrasah Ibtidaiyah Al Mujahiddin melakukan kegiatan belajar di teras gedung sekolahyang ber ada di kelurahan Selumit Pantai, Tarakan Tengah, karena sekolah mereka mengalami rusak parah akibat roboh pada Senin (25/11) sore.

"Proses belajar mengajar di sekolah tersebut tetap dilaksanakan, sebab pada 2 Desember 2019 akan melaksanakan penilaian semester," kata Kepala Sekolah MI Al Mujahidin Darmanto di Tarakan, Rabu.

Sebelum robohnya gedung sekolah, para siswa belajar pada pagi hari. Namun dengan keterbatasan ruang saat ini, maka ada sebagian siswa yang harus belajar pada siang hari.

Ada empat ruang, satu di pakai kantor, yang tiga dimasukkan pagi dan tiga kelas dimasukkan siang. Kelas pagi itu, 1, 3 dan 6 sedang yang siang, kelas 2, 4 dan 5, katanya.

"Ruang yang roboh tersebut digunakan untuk ruang guru, kepala sekolah dan tata usaha. Pada hari ini masih terdapat satu rombel (rombongan belajar yang tidak mendapatkan ruang sehingga terpaksa belajar di teras sekolah," kata Darmanto.

Dia mengungkapkan bahwa pascarobohnya gedung sekolah pada sebagian ruang kelas, menyebabkan pihaknya terkendala akan sarana dan prasarana sehingga membuat para siswa belajar menjadi tidak nyaman.

Baca juga: Mendikbud sedih atas robohnya atap sekolah di Pasuruan

"Paling dikhawatirkan adalah sisa bangunan yang ada saat ini masih dapat roboh sewaktu-waktu hingga membuat khawatir akan aktivitas siswa," kata Darmanto.

Sedangkan bantuan penyelesaian bangunan yang diberikan oleh Pemkot Tarakan yang saat ini masih dalam proses penyelesaian dan diprediksi akan selesai pada Desember 2019 ini.

“Bangunan yang di belakang itu sudah dibangun dalam tahap finishing. Rencananya memang bangunan runtuh itu akan dibongkar, tapi bangunan yang
mau selesai itu masih belum cukup sebab kami masih membutuhkan ruang guru, kepala sekolah dan toilet yang tidak kami miliki,” katanya.

Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Tarakan, Shaberah mengatakan bahwa MI Al Mujahidin merupakan MI tertua di Tarakan yang berdiri sejak puluhan tahun.

Bangunan tersebut dikatakan Saberah memang sempat miring dan membahayakan siswa, sehingga tidak digunakan lagi.

“Kami sudah mengusulkan kepada kantor wilayah untuk dibantu, tapi ternyata tahun ini lepas dan yang dapat malah Sebatik. Alhamdulillah Wali Kota membantu Rp200 juta untuk membangun sekolah itu dengan anggaran 2019,” kata Shaberah.
 

Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019