Tang Khata, Pakistan (ANTARA News) - Pakistan mengatakan Jumat bahwa tentara telah membunuh 1.000 militan Islam dalam serangan sangat besar, satu hari setelah Presiden Asif Ali Zardari mengecam pasukan AS soal bentrokan di perbatasan Afghanistan.
Lima komandan utama al Qaida dan Taliban termasuk di antara mereka yang tewas dalam operasi sebulan lamanya di Bajaur, yang sekarang ini daerah suku tidak stabil di Pakistan yang paling menghadapi kesulitan di sepanjang perbatasan yang keropos itu, seorang pejabat penting mengatakan.
Dalam pertanda ketidakstabilan yang makin mencengkeram Pakistan sejak pemboman hotel Marriott di Islamabad akhir pekan lalu, tiga pembom bunuh diri meledakkan diri mereka dalam tembak-menembak dengan polisi di Karachi.
Secara terpisah, enam orang, termasuk tiga anak, tewas ketika sebuah bom menggelincirkan kereta api penumpang dekat kota Bahawalpur di Pakistan tengah, seorang pejabat kereta api mengatakan.
Wartawan diterbangkan dengan helikopter ke Khar, kota penting di Bajaur yang resah, untuk diberi penjelasan mengenai operasi miler yang dilancarkan Agustus terhadap militan Islam yang telah menguasai sebagian besar dari daerah itu.
"Korban seluruhnya adalah 1.000 lebih militan," kata Tariq Khan, inspektur jenderal paramiliter Korps Perbatasan, yang menambahkan bahwa 27 tentara juga tewas dalam pertempuran itu.
"Ini pusat graviti bagi militan," kata Khan pada wartawan. "Jika mereka kehilangan di sini mereka kehilangan apa saja."
Dari komandan militan yang tewas, empat tampaknya orang asing: warga Mesir Abu Saeed al-Masri, Abu Sulaiman, seorang Arab; komandan Uzbek bernama Mullah Mansoor, dan seorang komandan Afghanistan yang dipanggil Manaras.
Komandan kelima adalah warga Pakistan yang hanya dipanggil Abdullah, anak laki-laki pemimpin garis keras yang sudah tua Maulvi Faqir Mohammad yang bermarkas di Bajaur dan memiliki hubungan dekat dengan komandan nomer dua al Qaida Ayman al-Zawahiri.
Bajaur, yang berbatasan dengan provinsi Kunar, Afghanistan, telah melihat beberapa pertempuran sengit antara pasukan Pakistan dan militan Islam swjak bekas penguasa militer Pervez Musharraf bergabung dengan "perang atas teror" pimpinan-AS 2001.
Operasi itu tiba sebagai jawaban atas tekanan internasional pada pemerintah sipil baru Pakistan, yang telah memecat Musharraf bulan lalu, untuk mencegah militan yang bermarkas di Pakistan melancarkan serangan di Afghanistan.
Namun ketegangan telah meluas dengan Washington sejak serangan darat 3 September oleh pasukan AS di Pakistan, yang pertama dari serangan seperti itu sejak 2001, yang menyebabkan sekitar 15 orang tewas, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008
membunuh saudara sendiri kok bangga......