Makassar (ANTARA News) - Derai air mata dan lafaz zikir mewarnai perayaan Idul Fitri Jamaah An-Nasir, usai menunaikan shalat Id yang berlangsung, Selasa. Mereka saling berpelukan dan meminta maaf, begitupun Pimpinan An-Nasir Sulsel, Ustad Lukman A. Bakti, menutup khotbah di depan sekitar 500 orang jamaahnya. Perayaan Idul Fitri jamaah An-Nasir yang berlangsung di Desa Mawang, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa itu, berlangsung lancar. Persiapan perayaan Id itu telah dilakukan jamaah An-Nasir sejak hari Minggu lalu. Mereka memasang puluhan utas tali di lapangan Mawang, tempat pelaksanaan salat, sebagai pembatas antara shaf (barisan) yang berjejer ke belakang. Di bagian depan, terdapat sebuah mimbar kecil berukuran tinggi 1,5 meter. Sebagian jamaah membawa karpet sebagai alas salat. Sementara yang lainnya menggunakan kertas koran bekas dan daun pisang. Selain para pemuka agama, perayaan itu juga dihadiri jamaah An-Nazir dari berbagai daerah di provinsi Sulsel. Sejumlah aparat kepolisian tampak berjaga-jaga di sekitar lokasi pelaksanaan salat Id. Puluhan orang, baik itu penduduk setempat maupun warga pendatang, juga terlihat berkumpul di beberapa sudut. Mereka sengaja ingin melihat pelaksanaan rukun salat Id jamaah An-Nasir yang memang agak berbeda dengan umat muslim pada umumnya. "Saya ingin melihat rukun salat mereka yang katanya tidak mendekapkan tangan ketika sedang posisi berdiri. Mereka juga tidak terdengar mengucapkan kata `amin` saat imam selesai membaca surah Al Fatihah. Saya penasaran saja, apalagi rambut mereka dicat pirang dan hampir semuanya pakai jubah hitam," ujar Mustakim, salah seorang warga Makassar yang sengaja datang ke tempat itu. Pelaksanaan salat Id tersebut dilakukan pagi ini, setelah Senin (29/9) kemarin, jamaah An-Nazir mengambil kesimpulan bahwa bulan Ramadan telah berakhir dan sudah masuk tanggal 1 Syawal 1429 Hijriah. Penentuan itu dilakukan para jamaah dengan tiga metode hilal, yakni hisab (perhitungan matematis astronomi), rukyah (melihat keberadaan bulan dengan mata telanjang) dan mengukur titik surut air laut di pantai. Kami sudah mengamati bulan sejak pertengahan Ramadan hingga hari ke-27. Tiga hari terakhir, terlihat tanda-tanda bahwa bulan mulai tampak, ujarnya. Sementara pengukuran pasang surut air laut kami lakukan pada hari Senin. Pukul satu siang air laut mengalami pasang tertinggi. Hingga akhirnya sedikit-demi sedikit surut pada titik terjauh dari garis pantai tepat pukul tiga siang. Kami pun langsung membatalkan puasa, namun karena salat Idul Fitri tidak bisa dilaksanakan sore, maka baru pagi ini kami laksanakan," jelas Pimpinan An-Nazir Sulsel, Ustad Lukman A. Bakti, saat ditemui usai bersilaturrahim dengan jamaahnya. Ustad Lukman melanjutkan, sejak tadi malam, ia beserta jamaahnya terus melaksanakan ibadah hingga terbit matahari. Seperti bertasbih, bertahmid dan bertakbir. dalam kesempatan itu, Ia menghimbau kepada seluruh umat muslim agar takut kepada Allah dan taat menjalankan aturan agama. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008