Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Tony A Prasetyantono mengatakan, suku bunga acuan BI rate diperkirakan akan ditahan pada 9,25 persen karena krisis finansial di AS. "BI (Bank Indonesia) rate mengalami stuck in the middle (terhimpit di tengah) antara keharusan insentif di pasar keuangan karena krisis AS dan pengetatan likuiditas. Jadi saya prediksikan BI rate tetap 9,25 persen," kata Kepala Ekonom Senior BNI tersebut kepada ANTARA News, Jumat. Ia menjelaskan, semula ia merasa BI rate perlu naik karena likuiditas ketat. Namun karena perkembangan krisis finansial AS yang mencemaskan, maka suku bunga perlu turun agar memberi insentif pasar modal. "Jadi, terjadi tarik-menarik antara BI rate perlu naik (sebagai respons likuiditas ketat) dan BI rate perlu turun (membantu pasar modal agar tak terimbas krisis AS)," katanya. Hal lain yang menahan suku bunga, menurut dia, adalah inflasi yang tertahan. Ia menduga inflasi September sekitar 0,7 persen sampai 0,9 persen. "Sebenarnya di bulan ramadhan potensi inflasi bisa lebih tinggi, namun karena daya beli masyarakat sudah melemah akibat inflasi tinggi dalam beberapa bulan terakhir, maka tidak semua potensi inflasi di bulan September "diladeni", sehingga inflasi agak tertahan," katanya. Untuk itu, ia memperkirakan inflasi yoy sekitar 11,8 persen, atau tidak berubah dari bulan sebelumnya 11,85 persen. "Karena inflasi `year on year` (yoy) cenderung stagnan, maka BI rate kemungkinan tidak perlu dinaikkan," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008