Jayapura (ANTARA News) - Masyarakat Abepura, Jayapura, Provinsi Papua, tidak menghiraukan rencana unjukrasa sekelompok warga masyarakat pendukung "Parlemen Internasional untuk Papua Barat" yang akan digelar di Kantor DPR Papua (DPRP), Jayapura, Senin. Pantauan ANTARA di kawasan Abepura, pertokoan, kios, pasar swalayan dan pasar rakyat tetap melayani para pembeli. Masyarakat berbondong-bondong ke tempat kerja masing-masing, baik di kantor-kantor pemerintah, perbankan, pertokoan dan bengkel mini yang berada di sepanjang jalur jalan utama Abepura yang menghubungkan Jayapura dengan Bandar Udara Sentani. Para mahasiswa tetap melakukan kegiatan di kampus Universitas Cenderawasih (Uncen), Sekolah Tinggi Teologia Kijne, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) "Fajar Timur" , Universitas Sains dan Teknolnogi Jayapura (USTJ) dan kampus-kampus perguruan tinggi lainnya di kawasan Abepura. Tampaknya para mahasiswa sibuk memasuki perpustakaan, memfotokopi bahan kuliah dan belajar berkelompok di dalam lingkungan kampus. Terlihat aparat keamanan gabungan polisi dan TNI berjaga-jaga di seputar kampus untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi, terkait rencana aksi demo para pendukung Parlemen Internasional untuk Papua Barat pimpinan Buchtar Tabuni. Di kawasan pameran (expo) Waena, terlihat aparat keamanan menghentikan angkutan umum yang datang dari arah Sentani untuk melakukan pemeriksaan pada setiap penumpang dan surat-surat kendaraan. Dua warga ditahan Polsek Abepura karena dalam perjalanan dari Sentani menuju Jayapura, mereka diketahui membawa senjata tajam seperti pisau dan membawa juga "katapel" yang biasa digunakan untuk memburu burung di pepohonan. "Kami tidak peduli dengan rencana demo itu karena pada saat ini sebagai mahasiswa kami menyiapkan diri untuk mengikuti ujian yang diberikan para dosen. Kami menyiapkan diri untuk masa depan ketimbang ikut berunjuk rasa," kata seorang mahasiswa Elias Petege. Dia mengatakan, walaupun beredar kabar bahwa hari ini sekelompok warga Papua menggelar unjuk rasa damai ke DPR Papua (DPRP), namun baik mahasiswa maupun warga masyarakat lainnya tidak menaruh kepedulian dengan hal tersebut. Jika mahasiswa dan masyarakat umum peduli pada aksi demo, maka akan merugikan diri dan keluarga karena setiap hari semua orang dengan susah payah membanting tulang mencari nafkah hidup untuk diri sendiri dan keluarga. Rencana aksi demo oleh sekelompok warga itu ditanggapi sangat dingin oleh masyarakat di kawasan Abepura dan sekitarnya, karena dinilai hanya membuang-buang waktu dan tenaga. "Lebih baik kita bekerja untuk masa depan Papua yang lebih adil, damai dan sejahtera daripada hanya menggelar unjuk rasa yang tidak bermanfaat, malahan semakin merugikan diri dan keluarga. Kita berdemo tetapi orang lain terus bekerja mendapatkan uang. Mana yang lebih baik, berunjuk rasa atau bekerja mencari uang guna menghidup keluarga," katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008