Samarinda (ANTARA News) - Sedikitnya 10.000 mahasiswa FKIP (Fakultas Ilmu Kejuruan dan Ilmu Pendidikan) Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Kaltim menjadi korban banjir dan bisa beraktivitas di kampus akibat ruang perkuliahan terendam air setinggi 20 Cm sejak Sabtu (8/11). "Tidak ada pengumuman resmi tentang libur namun karena sejumlah ruang perkuliahan juga terendam air setinggi 20 Cm sehingga tidak ada aktifitas perkuliahan," kata Pembantu Dekan III (Bidang Kemasiswaan) FKIP, Syahril Bardin di Samarinda, Kamis. Syahril mengatakan bahwa jumlah total mahasiswa FKIP Unmul sekitar 10.000 orang, apabila jumlah tersebut dihitung dengan "mahasiswa titipan" dari kabupaten/kota. "Sesuai UU Pendidikan, maka staf guru atau pengajar harus S-I. Selama ini banyak guru atau pengajar sekolah di kabupaten dan kota di Kaltim belum sarjana sehingga ada kerjasama Unmul dengan Pemda se-Kaltim. Guru-guru itu kuliah di Unmul untuk menyelesaikan SiI (Strata-I), jadi jumlah total mahasiswa FKIP paling banyak di Unmul, yakni sekitar 10.000 orang," katanya. Ia menyatakan bahwa pada saat ini berbagai kegiatan kampus cukup padat, mulai dari seminar serta ujian-ujian untuk semua tingkatan namun karena musibah itu maka berbagai aktifitas dihentikan sementara. "Mau apa lagi. Namanya musibah. Jadi berbagai aktifitas dihentikan sementara meskipun sampai kini tidak ada pengumuman resmi dari pihak dekan atau rektor," imbuh dia. Ia menjelaskan bahwa kegiatan kampus terhenti sejak luapan air terus melonjak pada Sabtu (8/11) sampai hari ini (13/11). "Tadi pagi, kelihatannya air banjir mulai turun, namun sore ini hujan lebat terjadi lagi. Kita khawatir apabila dalam beberapa hari masih terjadi hujan maka genangan air kembali meluap," katanya. Selain ruang perkuliahan, jalan menuju kampus FKIP juga terendam air sekitar 30 Cm karena kawasan gedung tersebut berada di lembah bukit Gunung Kelua. Sedangkan beberapa kampus di Unmul berada di atas bukit sehingga aktifitas perkuliahan bisa berjalan antara lain, Fakultas Kehutanan, Fisipol, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran meskipun beberapa jalan menuju Gunung Kelua juga terendam air. Banjir di Samarinda akibat tingginya curah dan itensitas hujan bersamaan dengan air pasang Sungai Karang Mumus dan Sungai Mahakam yang membelah "Kota Tepian" itu. Pemkot Samarinda bekerjasama dengan Pemprov Kaltim sebelumnya telah melakukan berbagai upaya mengatasi banjir dengan membuat folder (penampungan air), pembenahan drainase serta pengerukan sungai. Namun, kota berpenduduk 700.000 jiwa itu tetap rawan banjir akibat faktor lain, yakni terkait aktifitas pengupasan lahan untuk perumahan serta ekploitasi batu bara sekeliling kota.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008