Tokyo (ANTARA News) - Suasana hening segera saja menghinggapi tempat pertunjukan saat Celia Dunkelman memasuki ruangan konser dan mulai memainkan elektone dan sejumlah instrumen musik tradisional yang berasal dari Indonesia dan Jepang. Celia, musisi Indonesia yang tinggal di Jepang, membuka pertunjukan musiknya "Resital 2008" di Tokyo, Sabtu malam, dengan membawakan alunan musik berjudul "Cinta Melati-Sakura", sebuah karya musik untuk memperingati 50 tahun hubungan persahabatan Indonesia - Jepang. Suara gamelan, yang berlanjut dengan dentingan O koto, alat musik kecapi tradisional Jepang, dan bercampur dengan electone, suling, riong serta secara perlahan berubah menjadi bersemangat. Permainan musik Celia membuat sekitar 200 pengunjung tetap bertahan menikmatinya seluruh pertunjukan konser itu. "Ini musik pembuka untuk mengawali penghargaan dari Indonesia kepada Jepang yang telah banyak membantu Indonesia," kata Celia menerangkannya seusia pertunjukan. Berturut-turut musisi kelahiran Pematang Siantar itu menampilkan 12 komposisi musik dan lagu selama dua jam penuh, dengan hanya diselingi istirahat sebentar. Berbagai karyanya itu meluncur dengan cepat tanpa terasa, mulai dari In Aminterea Lautarilo, Yerushalayim Mata Vamala, Le Marchand De Bonheur, Aku Cinta Padamu, dan Integrity-Integration. Sejumlah karyanya dari beberapa album sebelumnya juga ditampilkan, seperti Kuh (dari album kedua) dan Halicha Le Kesariya (album ketiga). Di bagian kedua dari resital, Celia yang bersuamikan warga negara Amerika Serikat itu, menampilkan komposisi musik dan lagu yang dipengaruhi dari sejumlah negara lain yang sepertinya menceritakan kehidupan Celia sendiri. Kerinduannya akan kampung halaman, upayanya mempertahankan integritas (dengan tetap memilih menjadi WNI) dan harapannya akan kehidupan dunia yang damai. Mendengarkan musik Celia yang merupakan serangkaian komposisi ethnic fusion, para pengunjung dibawa untuk merasakan kedamaian, pengharapan, sekaligus kerinduan akan suasana kampung halaman. Semua keinginan tersebut tertuang dalam komposisi musik yang berasal dari berbagai instrumen musik tradisional Bali dan Jepang. Dalam pandangan Celia, yang bermain musik sejak usia sembilan tahun, musik bisa menjadi jembatan emas bagi hubungan Jepang dan Indonesia. Itu sebabnya dia menciptakan Cinta Melati - Sakura untuk menggambarkan kedekatan hati dua bangsa. "Instrumen musik dan kelompok penyanyi yang dipilih juga yang betul-betul mencintai Indonesia dan Jepang," kata Celia yang diajak pindah ke Jepang oleh Konsulat Jepang di Pematang Siantar atas prestasinya menjuarai Electone Festival pada 1978. Suasana Indonesia memang coba ditawarkan Celia pada pertunjukannya malam itu, seperti menggunakan baju batik hingga menyediakan makanan khas Indonesia. Demikian juga dengan pemilihan kelompok penyanyi "Suara Fantasi" yang ikut membawakan sejumlah lagu merupakan kelompok kaum ibu Jepang yang pernah tinggal di Indonesia. Bersama Celia mereka membawakan lagu Aku Cinta Padamu yang sudah diaransir ulang. Lagu tersebut pernah kondang dibawakan penyanyi Desy Ratnasari. Para pengunjung yang menyaksikan konser musik Celia merasakan diajak menembus batas-batas perbedaan budaya dan politik. Simak saja yang hadir tidak sekedar dari kalangan Jepang dan Indonesia, tetapi juga warga asing lainnya seperti Austria. "Melalui pertunjukan musik, biarlah Indonesia dan Jepang bisa menjadi kawan selamanya," kata Celia yang juga melibatkan putrinya Nava Leah Dunkelman untuk memainkan gamelan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008