Manado (ANTARA News) - Ikan cakalang fufu, yang saat ini menjadi salah satu makanan khas Provinsi Sulawesi Utara(Sulut) bebas dari kandungan kimia berbahaya. "Dulu memang pernah ada pengolah cakalang fufu yang menggunakan zat pewarna seperti Rhodamin-B, tetapi dalam pengawasan belakang ini sudah tidak ditemukan lagi makanya dijamin ikan ini layak dikonsumsi," kata Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan(BPOM) Manado, Indriaty Tubagus, di Manado, Jumat. Penggunaan zat pewarna terhadap cakalang fufu, kata Indriaty, untuk membuat warna ikan tersebut supaya lebih terlihat segar, meskipun sebenarnya mengandung resiko. Kepala Seksi Perlindungan Konsumen Disperindag Sulut, Jemmy Kawengian, mengatakan, pihaknya bersama dengan BPOM terus melakukan pembinaan kepada pelaku usaha pengolah ikan cakalang fufu, dan ternyata dipatuhi. Kendati demikian, masyarakat konsumen tetap diminta waspada, bila temukan ada yang mencurigakan, supaya dilaporkan ke pihaknya ataupun BPOM guna diambil tindakan. "Meskipun dijamin aman, tetapi kemungkinan masih ada pelaku usaha nakal, makanya kerjasama masyarakat selaku pembeli sangat penting dalam upaya menjamin hasil produk layak konsumsi,"kata Jemmy. Ikan cakalang fufu, saat ini merupakan komoditi yang sering dijadikan oleh-oleh oleh para turis baik domestik maupun asing. Produksi cakalang fufu oleh nelayan terbanyak selain di Kota Bitung dan Minahasa Utara (Minut) juga tersebar di Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra). Cara pengolahan ikan cakalang fufu, yakni melalui pengasapan dimana umumnya digunakan tempurung maupun dan kelapa, namun sebagian ada juga yang gunakan kayu bakar.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008