"Tulisan itu menyoroti kebijakan pemerintah. Sama sekali tidak ada bagian yang menuduh saudara Aburizal telah menyalahgunakan jabatannya untuk kepentingan bisnis dalam tulisan itu," kata Toriq ketika bertemu Dewan Pers di Jakarta, Selasa.
Ia juga memaparkan, tulisan kritik yang diadukan tersebut bukanlah untuk menyerang sosok pribadi Aburizal Bakrie, tetapi sebagai upaya pers untuk mengingatkan pemerintah agar bersikap dan bertindak adil kepada setiap warga negara.
Tempo, ujar dia, tetap akan menuliskan kritik itu seandainya yang tersangkut permasalahan yang terdapat dalam tulisan itu bukan seorang Aburizal Bakrie.
Mengenai sampul muka majalah Tempo edisi 17-23 November 2008 yang menampilkan wajah Menko Kesra yang tersusun dari angka-angka termasuk angka 666 di pelipis Aburizal, Toriq mengajak semua pihak untuk tidak terhanyut dalam hal-hal yang berbau mistik dan takhayul.
"Sama sekali tidak ada maksud untuk menghina atau memberikan cap buruk dengan memilih angka tertentu untuk diletakkan di tempat tertentu," kata Pemred Tempo.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie ketika mengadukan majalah Tempo kepada Dewan Pers pada Jumat (28/11) mengatakan, dirinya tidak pernah mengkhianati amanat jabatan kenegaraan yang diembankan kepadanya.
"Tidak sekalipun saya pernah mengkhianati amanat jabatan saya sebagai pejabat pemerintah," kata Menko Kesra.
Ia menegaskan, begitu diberi kepercayaan dan diangkat sebagai anggota kabinet, dirinya telah mundur dari semua urusan bisnis keluarga.
Aburizal juga mengakui bahwa dalam keluarga besar Bakrie, dirinya sebagai anak tertua masih sering memberi nasihat dan pertimbangan.
Namun, katanya, baik sebagai Menko Perekonomian maupun Menko Kesra dirinya tidak pernah menghasilkan peraturan yang menguntungkan usaha Bakrie.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008