Mina, Arab Saudi (ANTARA News) - Gema takbir dikumandangkan sebagian jamaah haji Indonesia, khususnya saat memasuki atau keluar dari terowongan Mina di Arab Saudi, sepanjang Senin, untuk melempar "jumroh" (batu kerikil) di bangunan batu besar (kubro) bernama "aqobah "

Wartawan ANTARA, Andi Jauhari dari terowongan Mina, Senin melaporkan, pelemparan jumroh yang dilakukan para Calhaj seluruh dunia itu adalah bagian dari wajib haji pada tanggal 10 Dzulhijjah.

Waktu pelemparan jumroh itu bersamaan dengan Iduladha 1429 H umat Islam di Indonesia yang dirayakan di seluruh Tanah Air pada Senin ini.

Suara takbir, tahmid dan tasbih mengagungkan kebesaran nama Allah SWT yang dikombinasikan dengan kalimat "talbiyah" (menyambut panggilan Allah SWT dalam melaksanakan haji) yang berbunyi; "Labbaika Allahumma Labbaik,.Labbaika laa Syariika Laka Labbaik, Innal Hamda Wan Ni`mata Wal Mulk, Laa Syarika lak" yang hampir setiap hari disuarakan Calhaj.

Kalimat "talbiyah" itu berarti "Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, sungguh pujian dan nikmat itu milik-Mu, begitu juga kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu).

Sepanjang hari Senin ini, seluruh Calhaj baik yang di kemah maupun di masjid, usai shalat wajib lima waktu juga terus mengumanndangkan gema takbir itu.

Pemerintah Arab Saudi kini membangun lantai ketiga untuk melempar jumroh guna memberikan keamanan dan kenyamanan Calhaj guna melakukan wajib haji itu.

Hal itu dilakukan karena pernah terjadi tragedi di terowongan Mina untuk menuju pelemparan jumroh yang menyebabkan ratusan hingga ribuan Calhaj beberapa tahun lalu tewas akibat berdesakan dan akhirnya terinjak jamaah dari belakang.

Kantor berita transnasional menuliskan bahwa kecelakaan di Mina yang menyebabkan Calhaj tewas terjadi tahun 2006 dimana sekurangnya 364 Calhaj meninggal.

Tahun sebelumnya juga terjadi peristiwa yang sama yakni tahun 2004 sekurangnya 251 tewas, dan jumlah terbesar terjadi tahun 1990 dimana sekurangnya 1,426 Calhaj tewas, termasuk ratusan dari Indonesia.

Bila pada pelemparan jumroh pertama yakni "aqabah" sekira 2 juta Calhaj --meski diatur per benua--namun melaksanakan di lantai dasar secara bersamaan.


Tetap waspada

Sementara itu. dari pantauan langsung ANTARA di tempat pelemparan jumroh "aqobah", kewaspadaan tetap harus dijaga karena derasnya arus manusia (Calhaj) yang melintas dalam rombongan besar maupun regu yang lebih kecil.

Bentuk fisik Calhaj yang lebih besar, khususnya dari negara Afrika dan Eropa, bila tidak diantisipasi bisa "melibas" Calhaj dari negara lain yang perawakannya lebih kecil, termasuk dari Indonesia.

Salah satu Ketua Rombongan (Karom) Kloter 16 asal Kabupaten Bogor, Jabar, KH MY Sa`dudin mengaku bahwa membawa Calhaj bimbingan memang memerlukan kejelian strategi saat mulai berdekatan dengan simbol batu besar sebagai personifikasi setan itu.

"Sampai kini tidak sedikit Calhaj yang masih dengan semangat dan emosi melempar dengan kekuatan penuh imbol setan itu, seolah melempar setan sebenarnya," katanya.

Padahal, pelemparan itu adaah simbol bahwa manusia dalam hidupnya harus siap menghadapi godaan dan rayuan setan dalam berbagai kehidupannya, terlebih bagi mereka yang sudah berhaji.

Namun agar tidak terjadi peristiwa yang tidak diinginkan seperti tragedi Mina, pemerintah Arab Saudi menurut Gubernur Mekah Pangeran Khaled Al Faisal bin Abdul Aziz menjelaskan bahwa Kementerian Dalam Negeri mengerahkan 100 ribu pasukan keamanan.

Sedangkan Kementrian Kesehatan negara itu menugaskan 11 ribu petuagas medis dan paramedis, mendirikan 140 pos perawatan pertama, 24 rumah sakit dan mendirikan 4.000 rumah sakit lapangan.

Kegiatan ibadah sebagai bagian wajib haji di Mina berupa melempar jumroh itu masih akan dilakukan dua kali lagi yakni pada hari Selasa (9/12) dan Rabu (10/12), yakni melempar jumroh di "aqobah", "wustho" dan "sughro".

Setelah itu, Calhaj akan kembali ke Mekah untuk melakukan "tawaf ifadhah" dan "tawaf wada`", sebagai penutup rangkaian ibadah haji.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008