Menurut keterangan dari Deplu-RI di Jakarta, Selasa, Siti tiba di Indonesia pada Selasa, setelah berada di Vanuatu selama hampir tiga tahun.
Kepulangan Siti, menurut Deplu, terlaksana atas permintaan dan keinginan sendiri dan diperkuat oleh pernyataan suaminya --Yunus Wainggai -- melalui surat yang disampaikan kepada Pemerintah Indonesia.
"Kerinduan untuk berkumpul kembali dengan keluarga merupakan alasan utama kepulangan Siti Wainggai ke tanah air," demikian keterangan Deplu.
Ketika tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa, Siti langsung berlari memeluk Anike sambil menitikkan air mata.
Siti berada di Vanuatu setelah dijanjikan oleh Herman Wainggai dan kelompoknya akan diberangkatkan ke Australia untuk bergabung dengan suaminya, Yunus Wainggai.
Namun janji tersebut ternyata tidak dipenuhi Herman.
"Sebagai bagian dari tanggung jawab untuk memberikan perlindungan kepada warga negaranya, Pemerintah Indonesia telah menanggapi secara positif permintaan Siti Wainggai untuk berkumpul kembali bersama suami dan puterinya. Pemerintah melalui koordinasi dengan Pemerintah Vanuatu, telah memfasilitasi kepulangan yang bersangkutan ke tanah air," kata Deplu.
"Kepulangan Siti Wainggai telah menunjukkan bahwa telah terdapat tipu daya dan janji-janji yang tidak dipenuhi oleh Herman Wainggai dan kelompoknya," tambah Deplu.
Yunus dan Anike Wainggai adalah bagian dari kelompok 42 warga Papua pencari suaka yang tiba di Australia pada awal April 2006 setelah mendapat visa sementara dari Pemerintah Australia.
Kelompok itu dipimpin oleh Herman Wainggai, aktivis kemerdekaan Papua yang pernah dipenjara dua kali karena mengibarkan bendera Bintang Kejora di Papua.
Anike Wainggai --saat itu merupakan bocah berumur empat tahun-- dibawa ayahnya Yunus Wainggai ke Australia tanpa persetujuan ibunya, Siti Wainggai.
Yunus sendiri membawa Anike dari rumah neneknya di Jayapura tanpa memberita tahu bahwa ia akan dibawa ke Australia. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008