Tamiang Layang (ANTARA) - Warga Hayaping Kecamatan Awang Kabupaten Barito Timur ,Kalimantan Tengah Timotius Leleury (41) merupakan salah satu penyandang disabilitas yang tak kenal menyerah dan suka bekerja keras demi menghasilkan produk kerajinan yang berkualitas dan mempunyai nilai ekonomi.

“Untuk usaha membuat suvenir atau kaligrafi berbahan kayu ini saya tekuni kurang lebih satu tahun ini. Sebelumnya banyak yang sudah saya kerjakan, bermacam-macam,” kata Timotius di Tamiang Layang, Senin.

Menurutnya, menafkahi keluarga dengan bekerja keras merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi walaupun memiliki tubuh yang ada keterbatasannya pada kedua kaki.

Berawal menggeluti dunia fotografi dan video, dengan bermodalkan dua buah kamera digital dan handycam, dia sering dipanggil untuk mengambil foto dan video dokumentasi perkawinan hingga kegiatan kerohanian. Foto hasil jepretannya pun bisa bersaing dengan fotografer profesional.

Baca juga: Dari kursi roda Silvia berjuang merintis usaha rajutan

Ayah satu anak itu juga pernah membuka bengkel las sendiri. Beberapa karyanya pun menjadi incaran warga setempat.

Di tengah ramainya batu akik, suami Ririn Puspita itu juga sempat membuat hiasan dari batu akik lokal seperti buah cincin dan kalung. Namun demam batu itu ternyata hanya sesaat sehingga usaha di bidang itu pun kini meredup.

Menurunnya orderan batu akik membuatnya mengubah haluan mencari peruntungan dengan memulai usaha menjadi ukir-ukiran. Namun bukan ukiran dari bahan biasa, yakni dari bongkahan batu bara.

Beberapa karyanya seperti asbak rokok dan hiasan ukir meja menjadi daya tarik bagi pembeli. Dia juga membuat suvenir dari kayu yang bisa digunakan untuk acara perkawinan maupun lainnya, bahkan hiasan dinding pirografi.
Salah satu hasil karya seni Timotius Leleury (41) warga Desa Hayaping Kecamatan Awang Kabupaten Barito Timur. ANTARA/HO

“Belajarnya otodidak dari melihat video Youtube. Saya coba dan coba hingga bisa membuatnya,” katanya singkat.

Hasil karya seni buatan Timo sangat luar biasa, bahkan orang dengan kondisi fisik normal pun belum tentu bisa menyamainya. Karya Timo cukup detil karena memang dibuat dengan ketelitian yang sangat tinggi.

Baca juga: Menteri Sosial janjikan modal usaha bagi penyandang disabilitas

Keterbatasan fisik dan peralatan tidak menghambatnya untuk menghasilkan karya seni bernilai tinggi. Jiwa seni yang mumpuni membuat dia mampu menghasilkan karya yang benar-benar sangat bagus dan menarik.

Untuk harga satu buah hasil karyanya berupa hiasan dinding, Timo membanderol harga mulai dari Rp175 ribu hingga Rp400 ribu, tergantung besar kecil dan tingkat kesulitan pembuatan pesanan.

Dengan alat seadanya seperti gergaji mesin dan amplas, Timo bekerja dibantu istrinya. Dia mengharapkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Barito Timur, baik permodalan hingga pemasaran hasil karyanya agar bisa berkembang.

“Hingga saat ini belum ada bantuan atau sejenisnya dari Pemerintah Kabupaten Barito Timur. Kami sangat berharap bisa ada bantuan kemudahan untuk permodalan, penjualan hingga pemasarannya,” ujar Timo.

Pewarta: Kasriadi/Habibullah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020