Nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp11.105/11.155 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp10.920/10.950 atau turun 185 poin.
Direktur Utama PT Finance Corpindo Nusa, Edwin Sinaga, di Jakarta, Senin mengatakan, merosotnya rupiah cukup besar yang menunjukkan kebutuhan dolar AS masih tinggi.
Para pelaku pasar masih membutuhkan dolar AS dalam jumlah besar, terutama menjelang liburan panjang akhir tahun ini, katanya.
Menurut dia, sejumlah isu positif yang mendukung pertumbuhan ekonomi tampaknya tidak memberikan nilai positif terhadap pasar rupiah, bahkan cenderung tertekan.
Isu positif seperti mendapat pinjaman dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dari Perancis dan Inggris belum mendukung pergerakan rupiah, katanya.
Bahkan, lanjut dia, Bank Indonesia (BI) sendiri telah memberikan tanda, bahwa laju inflasi Desember 2008 diperkirakan akan semakin baik yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri terus tumbuh.
Selain itu juga pemerintah telah berusaha memperkuat pasar domestik dan mengurangi impor, ujarnya.
Ke depan, menurut dia, peluang rupiah untuk menguat kembali masih ada, kalau melihat pertumbuhan pasar lokal yang semakin membaik.
Apalagi ada imbauan dari para pengusaha agar bank-bank asing yang bermain derivatif hendaknya dibatasi, katanya.
Rupiah, lanjut dia cenderung berada pada kisaran antara Rp10.900 sampai Rp11.200 per dolar AS, karena pada kisaran itu rupiah bergerak naik maupun turun.
Hal ini disebabkan pasar masih ditentukan antara suplai dan demand, sedangkan isu baik positif maupun negatif masih tak menentu, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008