Jakarta (ANTARA) - Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI (Purn) Agus Supriatna mengingatkan pentingnya digitalisasi pertahanan seiring tantangan peperangan yang kian maju seiring perkembangan zaman.

"Tantangannya beda. Sekarang digital sudah maju seperti itu," katanya, saat menjadi pembicara diskusi "Technology and Security: What's Next?" di @amerika Pacific Place, Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Wamenhan akan pacu digitalisasi pertahanan

Baca juga: Trend Micro Meluncurkan Portofolio Layanan Pertahanan Khusus untuk Menangkal Serangan Digital

Baca juga: Jokowi tekankan penguasaan teknologi senjata dan siber


Menurut dia, sebenarnya Indonesia memiliki banyak ahli di bidang teknologi informasi dan komunikasi, termasuk ahli digital yang bisa diberdayakan untuk membantu mempercepat digitalisasi pertahanan.

"Sebenarnya banyak di Indonesia para ahli. Setelah saya bergaul, banyak anak-anak muda yang ternyata ide-ide dan pemikiran jauh ke depan, bagus," katanya.

Hanya saja, kata mantan Kepala Staf Umum TNI itu, bagaimana sekarang ini pemerintah bisa mengajak mereka untuk memajukan pertahanan Indonesia dengan baik.

Fero Ferizka selaku Worldwide Senior Program Lead Microsoft menyebutkan perang sekarang ini tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi terjadi secara siber.

"'Siber attack'. Di handphone itu ada silikon, di mana dibuat? Israel, Amerika Serikat, dan China. Percaya ga kalau data cuma ada di HP? Enggak mengirimkan ke server lain?" kata President Director ID Next Leader itu.

Fero menjelaskan ada beberapa telepon seluler (ponsel) yang dirancang agar bisa menransfer data yang tersimpan ke server lain sehingga data dan aktivitas pemilik bisa diketahui.

Kepala Data Science Centre Universitas Indonesia Assoc. Prof Alhadi Bustamam yang juga menjadi pembicara mengakui bahwa teknologi digital yang dimiliki negara lain lebih maju.

Untuk memajukan teknologi, kata dia, dibutuhkan sarana penunjang, yakni "Nasional High Performance Facilities untuk mengolah "big data" menjadi dasar kebijakan segala bidang.

"Di Malaysia, setiap provinsi punya National High Performance Facilities, Indonesia harusnya juga punya," kata mantan Ketua Departemen Matematika UI tersebut.

Narasumber terakhir, yakni Director of Software Samsung Research and Development Institute Indonesia Risman Adnan Mattotorang juga mengingatkan Indonesia memiliki kekuatan anak-anak muda.

"Indonesia harus benerin ini dari anak-anak mudanya. Anak muda ini kan 64 persen dari 'population'," katanya.

Baca juga: Singapura undang serangan siber untuk perkuat pertahanan

Baca juga: Indonesia perlu 10.000 ahli hadapi serangan siber

Baca juga: PT Pindad kembangkan pertahanan siber

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020