"Pelaku pasar menilai saatnya untuk melepas dolar setelah menguat, namun aksi lepas dolar relatif kecil sehingga kenaikan rupiah tidak besar," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, Rabu.
Dikatakannya, pelaku pasar berspekulasi melepas dolar AS hanya untuk memberi nafas terhadap rupiah, setelah terus tertekan hingga mendekati angka Rp12.000 per dolar AS.
Rupiah sebelumnya sempat terpuruk hingga di atas Rp11.700 per dolar AS yang memungkinkan mata uang Indonesia terus mendekati angka Rp12.000 per dolar AS, ucapnya.
Rupiah, lanjut dia, kemungkinan akan mendapat dukungan dari Bank Indonesia (BI) untuk kembali memasuki pasar melakukan intervensi guna menahan tekanan yang negatif itu.
Karena itu, kenaikan rupiah juga tidak terlepas dari pengamatan BI di pasar terhadap bank-bank asing yang bermain valuta asing, katanya.
BI, menurutnya, akan berusaha menjaga rupiah berada pada kisaran antara Rp11.300 sampai Rp11.500 yang dinilai cukup aman, namun apabila terus terpuruk hingga mencapai Rp12.000 per dolar AS, maka dikhawatirkan mata uang itu akan terus melemah.
"Kami memperkirakan rupiah akan berjalan ketat untuk menuju angka Rp12.000 per dolar AS, karena BI juga akan berusaha menahannya," katanya.
Rupiah pada sore nanti diperkirakan akan melemah, karena tekanan pasar cenderung masih tinggi, akibat adanya persepsi memegang dolar AS bagi masyarakat Indonesia masih tetap menguntungkan ketimbang rupiah.
Apalagi paket stimulus yang dicanangkan pemerintah sebesar Rp71,3 triliun yang diperoleh melalui penjualan obligasi pemerintah dan pinjaman dari luar negeri untuk memicu pertumbuhan ekonomi masih belum berjalan sebagaimana adanya, katanya. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2009