Berlin (ANTARA News/AFP) - Para diplomat senior dari enam negara besar dunia Rabu ini bertemu untuk pertamakalinya dengan pemerintahan baru AS guna membicarakan ambisi nuklir Iran, dua hari setelah Iran meluncurkan satelit pertamanya.

Para direktur jenderal politik dari lima negara anggota permanen Dewan Keamanan PBB --Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat-- ditambah Jerman bertemu di Wiesbaden, dekat kota Jerman bagian barat, Frankfurt, demikian pemerintahan Berlin mengonfirmasikan kabar ini.

Para dirjen politik deplu keenam negara ini kemudian mengeluarkan keputusan bersama yang menyatakan mereka menyambut kesediaan pemerintah AS seperti dinyatakan Presiden Barack Obama untuk mengadakan pembicaraan dengan Iran.

Mereka menekankan komitmen bersamanya untuk menelurkan sebuah solusi diplomatik dan mendesak Iran untuk bekerjasama penuh dengan badan tenaga atom PBB yang berpusat di Wina, Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Dalam pernyataan bersamanya itu, mereka juga sepakat bahwa AS yang dalam pembicaraan itu diwakili Wakil Menteri Luar Negeri William Burns, akan berkonsultasi dengan mereka bagi langkah-langkah diplomasi selanjutnya setelah Washington melanjutkan pengkajianulang kebijakannya terhadap Republik Islam Iran.

Kebersamaan keenam negara ini terbentuk dua hari setelah Iran membunyikan sirene peringatan dengan meluncurkan sebuah satelit orbit Bumi rendah ke luar angkasa, sebuah terobosan teknologi yang membuat Barat takut Teheran bakal menggunakannya untuk membawa kepala nuklir.

Iran menandaskan bahwa satelit buatan sendiri pertamanya bernama Omid (Harapan) yang diluncurkan Senin itu, tidak ditujukan untuk tujuan militer, tetapi Washington sama sekali tidak menggubris penegasan Iran itu.

"Aksi ini tidak bisa meyakinkan kami bahwa Iran bertindak secara bertanggungjawab dalam memajukan stabilitas atau keamanan di kawasan (Timur Tengah)," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Robert Gibss kepada wartawan, Selasa.

"Upaya-upaya untuk mengembangkan kapabilitas peluncuran peluru kendali, upaya-upaya untuk melanjutkan sebuah program nuklir yang terlarang, atau ancaman-ancaman yang diciptakan Iran untuk diarahkan ke Israel dan sokongannya pada praktik teror, adalah sangat diprihatinkan oleh pemerintahan ini (Obama)," kata Gibbs.

Meskipun para dirjen politik enam negara besar itu menjaga kontak telepon dan email mengenai program nuklir Iran, pertemuan Rabu itu menandai pertemuan tatap muka pertama sejak Presiden Barack Obama berada ditampuk kekuasaan pada 20 Januari.

Barat menyangka Iran secara rahasia berusaha mengembangkan bom atom namun Republik Islam ini berkilah program nuklirnya adalah demi tujuan-tujuan damai dan menyatakan Iran berhak mengembangkan teknologi yang sudah dikuasai banyak negara itu.

Sebegitu jauh telah diambil pendekatan tongkat dan wortel (istilah diplomasi untuk menggambarkan ancaman dan persuasi) dengan menerapkan sanksi terhadap Iran sambil menawarkan insentif ekonomi dan energi dengan balasan Iran tidak lagi memperkaya uranium, baik untuk senjata nuklir maupun untuk pembangunan tenaga listrik nuklir.

Hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Iran dibekukan selama tiga dekade, namun Obama berjanji untuk menggelar masa depan baru dalam hubungan diantara mereka.

Dalam satu wawancaran dengan jaringan televisi satelit Al-Arabiya minggu lalu, Obama mengatakan bahwa Washington menawari Iran dengan tangan terbuka asalkan para pemimpin Iran tidak lagi mengepalkan tangannya (mengancam negara lain).

Pendahulu Obama, George W. Bush, yang terkenal karena menyebut Iran sebagai bagian dari "poros kejahatan" menolak berunding dengan Teheran sampai negara itu menghentikan program energi nuklirnya yang sensitif itu.

Gedung Putih dibawah Obama telah menolak mengungkapkan opsi-opsi politiknya, termasuk serangan militer, untuk menghentikan Iran menguasai senjata nuklir.

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad yang menyelamati Obama karena terpilih menjadi Presiden AS, muncul dengan sebuah pidato berapi-api Rabu lalu yang menuntut Obama mesti meminta maaf atas kejahatan-kejahatan AS terhadap Iran dan berhenti mendukung zionis Israel.

Masalah itu diperkirakan akan menjadi perdebatan panas dalam Konferensi Keamanan Munich akhir pekan ini yang akan dihadiri oleh Wakil Presiden AS Joseph Biden dan ketua parlemen Iran Ali Larijani.

Dalam komentarnya yang dipublikasikan Harian Sueddeutsche Zeitung, Rabu, Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier menuntut Iran untuk mengambil peluang yang ditawarkan dari kesanggupan Obama untuk berbicara langsung dengan Iran. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009