Jakarta (ANTARA News) - Dirut PT Sinar Sosro, Joseph S Sosrodjojo, mengeluhkan penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) yang seringkali dilakukan secara arogan dan tidak manusiawi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada acara kunjungan Presiden ke pabrik teh botol Sosro di Cibitung, Bekasi, Kamis.

"Penertiban PKL kita sepakat semua kota harus dirapikan, tetapi di lapangan petugas sering overacting sehingga kasihan pedagang yang terkena gusur," tutur Joseph.

Sebagai produsen minuman ternama yang diperdagangkan oleh hampir semua PKL, Joseph mengatakan, PT Sinar Sosro juga menderita kerugian akibat penggusuran tersebut.

Tahun lalu, Joseph menuturkan, di wilayah DKI Jakarta saja PT Sinar Sosro kehilangan 19 ribu PKL yang menjual produk teh botol sosro.

"Sehingga, secara langsung mempengaruhi omset kami. Padahal, pendapatan PKL itu lumayan dalam satu bulan bisa melebihi upah minimum regional," ujar Joseph.

Menanggapi keluhan tersebut, Yudhoyono berjanji agar penertiban PKL dilakukan secara manusiawi dan disediakan lokasi khusus untuk lahan berjualan PKL.

Apalagi, Presiden mengatakan, pada masa krisis seperti ini banyak pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) lalu beralih ke sektor informal.

Untuk itu ia meminta kearifan para pejabat pemerintah provinsi mulai dari gubernur hingga walikota/bupati agar pada masa krisis seperti ini menunda penertiban PKL dan membiarkan mereka berdagang di lokasi tertentu.

"Tolong walikota bupati pahami situasinya, jangan sampai saudara-saudara yang kena PHK lalu beralih ke sektor informal dan bertahan untuk hidup anak istrinya lalu digusur, dihalau," ujar Presiden.

Apabila keadaan sudah membaik dan banyak tersedia peluang kerja, Presiden mengatakan, maka penertiban pedagang informal dapat kembali dilakukan dengan menyediakan lahan tertentu bagi PKL untuk berjualan.

Kunjungan Presiden ke pabrik teh botol sosro dilakukan untuk melihat langsung gerak sektor riil dunia usaha pada masa krisis.

Di Bekasi, Presiden meninjau dua lokasi pabrik yaitu PT Sinar Sosro yang mewakili modal dalam negeri serta PT Epson Industri Indonesia yang mewakili modal asing.

Di PT Sinar Sosro, Presiden mendengarkan upaya dan hambatan yang dialami perusahaan itu di tengah kondisi krisis keuangan global.

PT Sinar Sosro berjanji untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja kepada seluruh karyawannya yang berjumlah lebih dari 8.000 orang dan memilih melakukan upaya penghematan untuk bertahan dalam situasi krisis.

Joseph menyampaikan kendala yang dialami industri pada masa krisis utamanya adalah gejolak nilai tukar dan kekurangan daya listrik. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009