Palu (ANTARA News) - Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng) Brigjen Pol Suparni Parto mengatakan bahwa video kekerasan polisi yang beredar luas di wilayah kerjanya adalah sebuah rekayasa sehingga tidak perlu dibesar-besarkan. "Itu adalah sebuah skenario, dan saya sudah menemui beberapa pelakunya dan mendapatkan penjelasan dari yang bersangkutan," kata Kapolda Parto di Palu, Kamis. Bahkan, dia sanggup menjamin dengan menghadirkan pelaku ataupun korban dari video tersebut untuk mengatakan bahwa hal tersebut adalah sebuah sebuah skenario. Namun demikian, pihak keploisian tetap mendalami kasus tersebut supaya tidak berdampak luas di masyarakat. Kapolda Parto mengatakan, adegan dalam video berdurasi 4,30 menit itu terjadi pada tahun 2007, atau sebelum Suparni Parto menjabat Kapolda Sulteng menggantikan Brigjen Pol Badrodin Haiti. Adegan kekerasan yang direkan melalui kamera telepon genggam tersebut diperkirakan terjadi di sebuah asrama polisi di Poboya, Kecamatan Palu Timur. Saat itu tiga dari enam polisi berpangkat Briptu tersebut menampar dan memukul juniornya yang dibangunkan secara paksa dari tidurnya. Dalam rekaman tersebut, juga terdengar ancaman agar korban kekerasan tidak melapor jika mau selamat. Namun demikian, jika dicermati, suara tamparan dan gerakan tangan dalam rekaman tersebut tidak terjadi secara bersamaan, atau lebih cepat suara dari gerakan tangan saat mengenai muka korban. "Semacam gerakan tepuk tangan, dan masih berbunyi saat tamparan sudah selesai dilakukan," kata beberapa masyarakat setelah melihat rekaman tersebut. Saat ini warga Palu dapat secara mudah melihat video kekerasan yang berjudul "xxx Poboya" itu dan mengeluarkan komnetar beragam.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009