Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dr. Andi Nafsiah Mboi mengaku selalu membawa masker saat harus berada di antara kerumunan orang. Tetapi dia hanya memakainya saat kondisi tertentu.

"Saya sudah jarang sekali ikut kumpulan besar-besar begini, menambah (risiko), tetapi kalau terpaksa maka kita perhatikan betul, saya selalu membawa masker. Kalau ada yang batuk, pilek dekat saya, saya langsung pakai masker," ujar dia saat ditemui usai menghadiri peluncuran buku dr. Retno Tranggono di Jakarta, Kamis.

Menurut Nafsiah, berada di dekat orang yang batuk atau bersin berpeluang menempatkan Anda pada masalah kesehatan setidaknya seperti yang diderita orang itu.

"Antara orang sehat tidak menjadi masalah, kalau ada orang batuk, bersin dekat kita, bahaya," kata dia.

Sebelumnya, ahli kesehatan menekankan penggunaan masker pada orang sehat hanya jika berada di lokasi keramaian. Benda ini sebenarnya digunakan untuk mengantisipasi Anda terkena droplet atau tetesan air ludah orang lain misalnya saat dia batuk atau bersin. Droplet ini bisa saja mengandung bakteri dan virus termasuk COVID-19.

Asisten profesor menular anak di NYU Langone, New York, Amerika, Dr. Vanessa Raabe pernah menyatakan, masker membantu individu sakit menyebarkan penyakitnya ke orang lain, namun ini tidak menjamin bisa melawan infeksi. Menurut dia, masih ada potensi partikel menular terhirup melalui sekitar masker.

Baca juga: Facebook Indonesia "take-down" iklan masker dan klaim obat corona

Baca juga: Erick Thohir berharap BUMN produksi enam juta masker pada April 2020

Baca juga: Masker bekas menumpuk di pantai, pinggiran kota Hong Kong

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020