"Saya menganjurkan remaja untuk membaca buku-buku ini. Winnetou dan kawan-kawan tidak hanya memenuhi rasa ingin tahu soal petualangan mereka, tetapi lebih dari sekedar itu, memberi teladan akan keberanian, kepahlawanan, dan kemanusiaan," kata Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UI Riris Sarumpaet yang membahas mengenai lima buku tersebut di Wisma ANTARA Jakarta, Selasa.
Ia menyayangkan, generasi sekarang tidak membaca buku yang baik, misalnya membaca buku-buku komik seperti Vagabond, Manga serta buku-buku Chicklit yang tidak mendidik.
Menurut dia, generasi muda sangat menentukan masa depan bangsa Indonesia, karena itu jika mereka salah memilih buku maka akan suramlah masa depan bangsa.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) Pandu Ganesa yang menerbitkan kelima buku itu bersama Pustaka Primatama mengatakan, sebagian dari buku-buku yang sama pernah terbit di Indonesia pada tahun 1960-an dari naskah Belanda.
"Buku-buku yang terbit sekarang diterjemahkan langsung dari naskah aslinya yang berbahasa Jerman," kata pecinta Karl May itu.
Buku-buku Karl May yang diterbitkannya di Indonesia selain buku-buku serial untuk remaja tersebut, juga serial "Winnetou I: Kepala Suku Apache", "Winnetou II: Si Pencari Jejak", "Winnetou III: Winnetou Gugur", "Winnetou IV Ahli Waris Winnetou", "Old Surehand I: Oase di Llano Estacado", "Old Surehand II: Jefferson City".
Juga buku serial "Kara Ben Nemsi I: Menjelajah Gurun", "Kara Ben Nemsi II: Penyembah Setan", "Kara Ben Nemsi III Petualangan di Kurdistan", "Kara Ben Nemsi IV: Kafilah Maut", "Kara Ben Nemsi V: Dari Bagdad ke Stambul", serta komik-komik Winnetou dan Old Shatterhand serta buku "Dan Damai di Bumi".
Winnetou, ujar Pandu, meski berkisah tentang petualangan di negeri wild west namun tidak bernuansa pertumpahan darah. Kemenangan Winnetou dan Old Shatterhand selalu bernuansa kecerdasan, kebijakan serta dipenuhi pesan kemanusiaan.
"Ia hidup seratus tahun lalu, namun pemikirannya sudah sangat maju dengan pernyataannya bahwa bangsa Eropa merupakan bangsa pencuri tanah, kolonialisme sama dengan terorisme, dan bagaimana Barat berutang budi pada dunia Timur," katanya dan menambahkan bahwa Karl May yang kontroversial ini sempat dimusuhi karena pendapatnya itu.
Buku-buku karya Karl May sedikitnya terdiri dari 80 judul buku dan terjual hingga lebih dari 125 juta eksemplar, belum termasuk edisi bahasa asing yang tak kurang diterjemahkan dalam 39 bahasa dunia. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009