Jakarta (ANTARA News) - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengirimkan seorang investigator pendahuluan ke kawasan Mimika untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat Mimika Air.

"Satu orang investigator bernama Nobertus, seorang teknisi, kami kirim ke Mimika," kata Juru Bicara KNKT, JA Barata menjawab pers di Jakarta, Jumat sore.

Investigator ini berdomisili di Jayapura dan merupakan seorang teknisi dari maskapai yang berkantor di Jayapura, Papua.

"Ini investigator awal. Nanti, setelah pencarian dan penyelamatan ada titik terang, tim lengkap investigator, siap dikirim," katanya.

Sebelumnya, KNKT belum memutuskan untuk mengirim investigator untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat Mimika Air di Papua.

"Belum ada keputusan itu (kirim investigator). Fokusnya sekarang adalah SAR dulu," kata Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi.

Penegasan tersebut terkait dengan laporan dugaan jatuhnya pesawat jenis Pilatus PC-6 milik Mimika Air di Papua Jumat pagi sekitar pukul 10.30 WIT.

Pesawat itu sedang terbang dari Ilaga ke Mulia dan membawa delapan penumpang dan dua awak. Padahal, berdasarkan spesifikasi pabrikan, pesawat itu didisain untuk enam penumpang.

Tatang melanjutkan, prosedur pengiriman investigator dalam kondisi jatuhnya pesawat yang masih belum jelas itu, biasanya mendahulukan pencarian penyelamatan korban.

"Rescue dulu, setelah itu, investigator bisa memulai tugasnya. Lagian, kondisi pesawat bagaimana di lokasi juga belum jelas karena medannya sulit," kata Tatang.

Terkait dengan peristiwa itu, Departemen Perhubungan (Dephub) mengumumkan, pesawat jenis Pilatus PC-6 terdeteksi di sekitar Gunung Sinap.

Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom) Departemen Perhubungan (Dephub), Bambang S. Ervan mengatakan, informasi awal menyebutkan, pesawat tersebut awalnya kehilangan kontak sekitar pukul 10.30 WIT.

"Kemudian tak lama setelah itu, sinyal dari ELBA (emergency locater beacon aircraft) pesawat itu, terdeteksi di sekitar Gunung Sinap," kata Bambang.

Pesawat tersebut dilaporkan mengangkut delapan orang dan dua orang kru. Padahal, kapasitas angkut pesawat itu, Data Dephub, menyebutkan hanya untuk enam orang dan dua orang kru.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009