Jakarta, (ANTARA News) - Pemerintah meminta PT PLN langsung menggunakan mata uang China Renmimbi untuk mengimpor barang-barang dari China khususnya impor mesin-mesin PLTU.

"Kalau beli mesinnya dari China kenapa harus pakai dolar AS, itu sudah menunjukkan adanya perjalanan yang tidak efisien dalam pengelolaan keuangan," kata Menkeu Sri Mulyani Indrawati usai penandatanganan kredit pendanaan pembangunan 13 proyek PLTU antara PLN dengan sindikasi bank pembangunan daerah di Jakarta, Jumat.

Menkeu mengatakan, pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia (BI) sudah melakukan perjanjian bilateral swap dengan China beberapa waktu lalu.

"Seharusnya, mata uang tidak perlu lari dulu ke dolar AS kemudian baru beli Renmimbi untuk mengimpor barang," katanya.

Ia meminta Dirut PLN untuk duduk lagi dengan para kreditor terutama dengan bank-bank China guna melihat kemungkinan langsung menggunakan rupiah dengan renmimbi sehingga akan mengurangi sangat signifikan eksposure PLN.

"Posibilitasnya itu mungkin dan harus bisa dengan sudah adanya pembahasan bilateral swap, pasti tidak mudah, tetapi kalau yang mudah tentu tidak membutuhkan Fahmi Mochtar untuk menjadi Dirut," katanya.

Menkeu juga mengatakan, proyek percepatan pembangunan PLTU 10.000 mw sebenarnya memberi beban kepada neraca PLN. "PLN tidak akan dapat melaksanakan ini tanpa ada penjaminan pemerintah, namun penjaminan itu tidak harus membuat PLN tenang-tenang saja, saya minta direksi memperbaiki struktur keuangan," katanya.

Ia menyebutkan, dalam pelaksanaan proyek 10.000 MW itu, PLN menggunakan dana sendiri sebesar 15 persen sementara sebagian besar lainnya menggunakan pinjaman.

"Dari 85 persen itu, sebagian besar dalam bentuk pinjman valas, dan valas semuanya dalam bentuk dolar AS," katanya.

Sementara itu Dirut PLN Fahmi Mochtar mengatakan, pihaknya optimis dapat melakukan renegosiasi untuk langsung menggunakan rupiah dan renmimbi tanpa menggunakan dolar AS.

"Kalau Menkeu mengatakan begitu, saya meyakini itu bisa dilakukan karena memang sudah ada perjanjian antara pemerintan kita dengan China," katanya.

Ia menyebutkan, dalam konsep awal memang impor mesin-mesin dalam rangka pembangunan PLTU menggunakan komponen rupiah dan valas dalam bentuk dolar AS.

Namun beberapa waktu lalu ada perjanjian antara China dengan Indonesia mengenai bilateral swap sehingga mewarnai ide supaya langsung ke Renmimbi. "Kita upayakan penggunaan Renmimbu termasuk perjanjian yang sudah dilakukan, nanti kita coba," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009