Ambon (ANTARA News) - Sanggar Teater Kabaresi dari Provinsi Maluku akan menggelar pertunjukan seni bertajuk "Kawin Lari" di Belanda, pertengahan Mei 2009.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku Florance Sahusilawane, Sabtu, mengatakan pertunjukan di Belanda ini merupakan salah satu upaya memperkenalkan budaya dan kesenian Maluku di luar negeri.

"Ini bagian dari kegiatan promosi budaya Maluku. Lewat pertunjukan `Kaweng Lari` diharapkan masyarakat di luar Indonesia bisa tertarik untuk berkunjung ke Maluku," katanya saat mendampingi Gubernur Karel Albert Ralahalu menyaksikan pertunjukan pra pementasan di Teater Taman Budaya di kawasan Karang Panjang, Ambon.

Rencananya kontingen Teater Kabaresi yang beranggotakan sekitar 30 pelaku seni asal Maluku itu pada Senin (4/5) bertolak ke Jakarta dan langsung menuju tempat karantina di kawasan Puncak, Bogor, sebelum menuju Belanda. Di negara itu mereka akan pentas tur di 20 kota.

"Pertunjukan seni ini juga akan dipentaskan di KBRI di Den Haag pada 29 Mei," kata Florance.

"Kawin Lari" merupakan pementasan ketiga yang diselenggarakan Sanggar Teater Kabaresi. Sebelumnya, sanggar bentukan Taman Budaya Kantor Departemen Kebudayaan dan Pendidikan Provinsi Maluku sejak 2 Maret 1996 ini sudah melakukan dua kali pertunjukan di Belanda, yakni pada 2006 dan 2007.

Pementasan pada tahun ini mengangkat tema drama romantis Romi dan Yuli (Romeo & Juliet) ala Maluku, dalam bentuk gerak tari dan lagu, namun sarat unsur komedi.

"Kawin Lari" bercerita tentang kehidupan asmara pasangan Atus dan Oci yang tidak mendapat restu orang tua dari kedua pihak.

Cerita menjadi menarik dengan unsur dialog humor khas Maluku dan lagu roman-waltz seperti "Bulan Pake Payung" dan "Sio Ale Nona".

Dalam berdialog para seniman pun menggunakan aksen masyarakat dari berbagai kampung di Maluku, antara lain Mahu, Ihamahu. Haria, Hulaliu, Ulat, Maluku Tengah, Maluku Tenggara. dan bahasa campuran Ambon-Belanda yang jenaka.

Drama juga diiringi musik totobuang dan keyboard modern serta menampilkan tarian tradisional termasuk cakalele, orlapei saureka-reka, katredji, lengkap dengan pakaian adat.

Seperti perjalanan asmara Romi dan Yuli yang penuh darah, kisah cinta Atus dan Oci pun diwarnai pertarungan sengit antarkeluarga.

Namun, sepasang kekasih ini berhasil menyatukan cinta mereka dan mendapat restu dari keluarga masing-masing.

Pesta pernikahan Atus dan Oci dibuat meriah dalam satu pesta dansa katredji dengan iringan gembira semacam Hura-Hura Cincin, Sayang Kane dan sebagainya.

Ketua Sanggar Alexander Tupan menjelaskan, kawin lari memang dikenal di dalam kehidupan masyarakat Maluku sejak zaman lampau.

"Tapi biasanya persoalan kawin lari ini diselesaikan melalui upacara adat yang kemudian dilanjutkan dengan acara maso minta (lamaran)," katanya.

Gubernur Ralahalu, saat memberikan arahan usai pementasan, menyatakan "Selama hidup saya, baru kali ini saya melihat pertunjukan yang begitu bagus. Saya salut, apalagi pertunjukan ini mengangkat akar budaya Maluku."

Ia juga mengatakan bahwa pertunjukan Atus dan Oci mengandung pesan agar masyarakat Maluku di Belanda bisa mengenang dan mencintai budaya negeri asalnya di Indonesia, dan sebagai daya tarik bagi masyarakat Belanda dan Eropa pada umumnya untuk datang ke Maluku. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2009