Jakarta (ANTARA News) - Kasus pembunuhan bos PT. Rajawali Putra Banjaran, Nasarudin Zulkarnain, di padang golf Modernland, Tanggerang, pada 14 April lalu yang diduga melibatkan seorang "caddy", Rani Julianti, diakui mencoreng citra pemandu permainan golf tersebut.

"Jika dugaan itu benar sebagaimana diberitakan berbagai media massa, tentu ini cukup mencoreng nama "caddy", padahal pada kenyataannya tidak semua "caddy" seperti itu," kata Nina (nama samaran), seorang ibu rumah tangga yang dulu pernah menjadi "caddy".

Menurut dia, hubungan dekat antara "caddy" dan pemain golf yang menjadi langganannya bisa saja terjadi hampir di semua padang golf, dan itu semuanya manusiawi.

Karena itu, tidak heran jika banyak istri yang mengeluhkan keberadaan "caddy" perempuan yang memandu permainan golf para suaminya. Kebanyakan dari mereka mengeluhkan tingkah para "caddy" yang centil dan menggoda.

"Namun, tidak semua caddy berkelakuan negatif seperti dikeluhkan para ibu rumah tangga tersebut. Semua tergantung siapa orangnya," katanya.

Dari banyaknya "caddy" yang memandu para pemain, mereka yang sering menjadi langganan para pemain dikategorikan sebagai "caddy" favorit.

Biasanya para "caddy" favorit itulah yang justru mampu mempertahankan pemain, baik yang sudah menjadi anggota, maupun tidak, agar mereka mau kembali main di lapangan tersebut.

Nina mengungkapkan bahwa para "caddy" ini umumnya tidak memiliki gaji tetap bulanan. Oleh pengelola lapangan golf, mereka hanya dibayar berdasarkan berapa kali mereka menemani pelanggan bermain.

Upah menjadi "caddy" untuk satu kali memandu pemain di lapangan biasanya berkisar antara Rp28 ribu hingga Rp60 ribu, namun itu di luar uang tip dari pelanggan.

Besaran tip itu sendiri berbeda untuk setiap pemain, dengan kisaran antara Rp150 ribu hingga Rp350 ribu per orang, namun hal itu tergantung dari kepuasan pemain atas kinerja sang "caddy".

"Terkadang dalam sebuah turnamen golf, seorang "caddy" bisa dihadiahi sebuah sepeda motor hanya karena ia mampu memandu pemain di lapangan sehingga mendapatkan "hole in one" atau memasukkan bola ke dalam lubang dengan sekali pukulan," katanya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Rani Julianti (22), mahasiswi semester II Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen, Informatika, dan Komputer (STIMIK) Raharja di Kota Tangerang, bekerja paruh waktu menjadi "caddy" di lapangan golf Modernland. Di lapangan golf itu dia sering bertemu Antasari.

Keterlibatan Rani dalam kasus ini bermula ketika dia disebut-sebut pernah menikah siri dengan Nasarudin, pria yang tewas karena ditembak pada 14 Maret. Perempuan itu juga diisukan pernah menjalin hubungan dengan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) aktif, Antasari Azhar.

Nasarudin tewas akibat ditembak oleh pengendara sepeda motor. Dia ditembak setelah bermain golf di Lapangan Modernland Tangerang.

Polisi menyatakan, dalam kasus kematian Nasarudin, pihaknya akan memanggil Rani untuk diminta keterangan sebagai saksi.

Namun, berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Rani dikabarkan menghilang dari rumahnya, dan juga tidak dijumpai di kampus setelah ditembaknya Nasarudin.

Menghilangnya Rani dibenarkan M Sidik (45), ketua RT 01/04, Kelurahan Panunggangan, Kecamatan Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Banten.

Sidik mengatakan, setelah peristiwa penembakan Nasarudin, Rani dan keluarganya sudah tidak terlihat lagi di rumahnya.

Menurut dia, ada kemungkinan mereka mengungsi ke rumah keluarganya yang ada di Kabupaten Serang atau ke Jakarta Selatan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009