"Kalau makronya mungkin lebih baik dari Pak Jusuf Kalla dari sekolahnya dan segala macamnya, tapi berani tidak menghadapi DPR? Karena dia kan tidak punya dukungan partai, dia berani tidak menghadapi koalisi partai-partai ini? Kita khawatir mempunyai sifat yang sama dengan SBY, orangnya menunggu. Dengan pengusaha juga susah ketemu sama dia, orangnya tertutup," katanya di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan, dalam pemilihan Boediono berbeda dengan Jusuf Kalla, dimana Jusuf Kalla (JK) telah meneken kontrak dulu dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) apa yang akan diurusi wakil presiden (wapres) sehingga Kalla menjadi wapres yang aktif.
Sebaliknya, Boediono adalah teknokrat yang dipilih untuk jadi wakil presiden sehingga dia menjadi wakil presiden yang pasif dan hanya menjadi ban serep bagi presiden.
"Pak Boediono kalau sebagai teknokrat dia paling baik, karena pengalamannya, karena ahli moneter ya, tapi kalau jadi wapres presiden itu apakah aktif atau seperti Suharto dulu kaya ban serep saja," katanya.
Ia menambahkan, dulu semasa era Suharto dan Megawati, para wapres hanya menjadi pendamping saja, sedangkan Jusuf Kalla berbeda karena bisa lebih aktif.
"Kalau Suharto itu lima wakil presiden jadi ban serep, untuk buka-buka gunting-gunting pita aja, nggak memainkan peran ekonomi, saat Mega, Hamzah Haz juga. Jusuf kalla lain," katanya. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009