Jakarta (ANTARA News) - Kemacetan lalu lintas di Jakarta menyebabkan kerugian Rp43 triliun per tahun, kata pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Andrinof Chaniago.

"Secara riil, dari tahun ke tahun terjadi penurunan pendapatan pada masyarakat Jakarta untuk tingkat ekonomi menengah ke bawah," ungkap Andinof Chaniago pada acara diskusi menelaah visi ekonomi capres dan cawapres di Jakarta, Kamis.

"Cara mengukurnya, setiap tahun nilai kerugian masyarakat mencapai Rp43 triliun per tahun oleh belanja boros akibat kemacetan," ujarnya.

Pengeluaran tambahan yang dibebankan warga akibat kemacetan itu kata dia, yakni belanja onderdil yang meningkat, pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) serta timbulnya penyakit fisik dan psikis.

Penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), stres dan penyakit kulit banyak menimpa warga Jabodetabek. Walaupun secara statistik pendapatan mereka meningkat, tetapi efek dari kemacetan itu membuat masyarakat menengah ke bawah harus terbebani pengeluaran tambahan, katanya.

"Jadi, terkait meningkatnya pendapatan masyarakat tidak serta-merta harus dicerna begitu saja, sebab justru mereka harus menanggung kerugian akibat kemacetan," ungkap dosen ilmu politik Universitas Indonesia tersebut.

Ia menilai, asumsi peningkatan pendapatan masyarakat yang banyak diklaim selama ini hanya sebatas retorika. "Dari segi ekonomi, memang terlihat pendapatan warga meningkat, tetapi jam kerja juga bertambah. Jadi, saya melihat, pendapatan masyarakat tidak mengalami peningkatan," ujar Andrinof Chaniago. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009