Jakarta (ANTARA News) - Institusi keuangan syariah dianggap paling mampu bertahan dalam situasi krisis dengan pertumbuhan bisa mencapai 30 persen atau lebih besar dari perbankan konvensional, kata Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (ASBSINDO), Riawan Amin, di Jakarta, Rabu.

"Yang penting apa minat seluruh stakeholder atau pihak yang berkepentingan dan bersama-sama menyakini bahwa peran ekonomi syariah bukan market tapi merupakan misi seluruh bangsa di dunia," katanya.

Pertumbuhan ini juga didukung oleh keluarnya UU terkait dan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang pernah mengatakan perbankan syariah menjadi agenda nasional.

"Bank merupakan lembaga yang bergerak di bidang bisnis dan mencari keuntungan, namun demikian diharapkan ada peran regulator guna menjembatani pembentukan jaringan pasar perbankan syariah," katanya.

Sebagai bank baru dengan sistem syariah, maka pasarnya juga terbatas namun jika jaringan terbentuk maka sumber-sumber daya yang ada bisa lebih dikembangkan.

Ia menyebutkan, pemerintah sudah mengupayakan pengembangan perbankan syariah namun departemen lain perlu juga diajak lebih bersinergi menjalin kerjasama.

Saat ini, sudah 3,5 juta orang tercatat sebagai nasabah perbankan syariah yang 70 persen diantaranya berada
pada bank Muamalat yang menggunakan sistem `shar-e`.

"Shar-e adalah produk Bank Muamalat yang khusus diberikan bagi nasabah yang membutuhkan pengelolaan dana secara islami dengan cara yang mudah," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009